REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- PT Pertamina (Persero) akhirnya mengungkapkan bahwa tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (31/3) disebabkan patahnya pipa penyalur minyak mentah dari Terminal Lawe-lawe di Penajam Paser Utara ke Kilang Balikpapan. "Pipa baja diameter 20 inci, tebalnya 12 milimeter dan di kedalaman 25 meter," kata General Manager (GM) Pertamina Refinery Unit (RU) V Togar MP saat jumpa pers di Balikpapan, Rabu (4/4).
Ia menjelaskan, pipa penyalur itu juga masih dibungkus casing semen agar tidak berkarat direndam di air laut dan menambah kekuatannya menahan tekanan air. Pipa penyalur minyak mentah itu dipasang tahun 1998 atau sudah berusia pakai 20 tahun.
Para penyelam melaporkan pipa itu bergeser 120 meter dari posisi awalnya di dasar Teluk Balikpapan. "Penyebab patahnya pipa itu yang sedang kami selidiki sekarang," kata Direktur Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Komisaris Besar Polisi Yustan Alpian, pada kesempatan yang sama.
Menurut Togar, perlu kekuatan yang sangat besar untuk menarik pipa hingga patah. Pertamina juga masih menghitung berapa jumlah minyak yang bocor ke laut. "Tapi, sejak pertama kali terdeteksi, kami sudah menutup penyaluran minyak mentah dari Lawe-lawe ke Balikpapan untuk tindakan pencegahan," lanjut Togar.
Pada awalnya, pihak Pertamina menduga tumpahan minyak itu berasal dari marine fuel oil atau minyak kapal. Menurut Togar, timnya bahkan mengambil sampel tumpahan di sembilan titik berbeda, kemudian mengirimkannya ke laboratorium, termasuk satu laboratorium independen. "Hasilnya tetap dinyatakan MFO atau bahan bakar kapal," katanya.
Namun demikian, sampel yang ke-10 menyatakan lain, bahwa minyak yang tumpah adalah minyak mentah (crude oil). Setelah itu, lanjut Togar, Pertamina segera menurunkan tim penyelam dan melakukan pemeriksaan secara rinci di jalur pipa dari Lawe-lawe ke Kilang Balikpapan. "Itu yang kami temukan, di satu titik pipa patah dan bergeser hingga 120 meter dari lokasi awalnya," ulang Togar.
Kebocoran atau tumpahan minyak ke laut ini pertama diketahui pukul 03.00 WITA dini hari Sabtu (31/3). Saat masih membersihkan tumpahan minyak itu, pada pukul 10.30 WITA di tengah laut api berkobar dari minyak yang terkumpul.
Dari kejadian kebakaran itu, sebanyak lima orang tewas, satu orang mengalami luka bakar, dan 20 orang selamat. Kapal kargo MV Ever Judger mengalami terbakar sekoci penyelamatnya setelah api menjalar dari tali kapal.