Selasa 03 Apr 2018 19:26 WIB

Menhub Ingin Pertahankan Dwelling Time Logistik 3 Hari

Masih ditemukan barang yang over stay lebih dari tiga hari.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Dwi Murdaningsih
Kereta Api berjalan di Emplasement Kereta Api-JICT saat aktivitas bongkar muat (Dwelling Time) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (18/2)
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Kereta Api berjalan di Emplasement Kereta Api-JICT saat aktivitas bongkar muat (Dwelling Time) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (18/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menginginkan dwelling time (masa bongkar muat muatan sampai ke luar pelabuhan) logistik di pelabuhan selama tiga hari. Dia menjelaskan beberapa negara lain juga memiliki dwelling time tidak berbanding lurus dengan murahnya biaya logistik di pelabuhan.

"Tapi itu sebagai suatu referensi saja, saya lebih suka untuk membahas dwelling time itu tetap dipertahankan dengan suatu waktu tertentu yaitu tiga hari," kata Budi di Le Meridien Hotel Jakarta, Selasa (3/4).

Budi mengatakan setelah melakukan diskusi dengan beberapa pihak terkait logistik pelabuhan tersebut, pihaknya mengakui ada yang perlu dielaborasi lagi. Hal itu, terkait dengan dwelling time di pelabuhan justru tidak maksimal.

Importir Sebut Biaya Logistik Indonesia Masih Tinggi

Menurut Budi, saat ini masih ada barang-barang yang mengalami masa over stay. "Ini masih ditemukan barang yang over stay dengan waktu lebih dari tiga hari," jelas Budi.

Melihat fakta tersebut, Budi mengakui belum mengetahui motif dan penyebab terjadinya over stay sehingga dwelling time menjadi tidak maksimal. Budi menjanjikan dirinya akan memeriksa langsung mengapa over stay masih terjadi.

Budi menambahkan, selain itu pihaknya juga akan mencari penyebab biaya logistik yang mahal meski dwelling time diupayakan hanya tiga hari. Dia memastikan Kemenhub sudah memberikan intruksi kepada Pelindo untuk memberikan harga khusus.

Menurutnya, harga khusus tersebut sudah diberikan kepada kapal-kapal besar yang dilakukan secara progresif. "Saya pikir kami akan lakukan suatu inventarisasi lagi kalau ada ternyata masih mahal, ada beberapa hal yang disampaikan suatu transparansi," ujar Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement