Sabtu 03 Mar 2018 19:13 WIB

Pengembangan Nasi Ubi di Cimahi

Teknologi ekstrusi bisa menghasilkan produk selain rasi, yaitu mi dan makaroni.

Red: EH Ismail
Aneka rasi.
Foto: Humas Balitbangtan.
Aneka rasi.

Pengembangan cluster model diversifikasi pangan tidak lepas dari pendekatan analisa awal tingkat keberhasilan suatu implementasi teknologi di lapangan. Salah satu potensi pengembangan produk olahan potensial di masyarakat Cirendeu, Kota Cimahi, Jawa Barat, adalah rasi (berasan ubikayu).

Salah satu kendala rasi yang dikembangkan oleh kelompok tani Cirendeu yaitu bentukan yang tidak seragam dan struktur butiran yang rapuh mudah hancur.

Balai Besar Litbang Pascapanen Kementerian Pertanian telah melaksanakan analisa SWOT mengenai peluang perbaikan teknologi pengolahan rasi. Hasilnya, strategi yang dapat dilakukan di antaranya yaitu:

1.    Mengoptimalkan peran lembaga adat untuk meningkatkan kemampuan warganya di bidang penanganan dan pengolahan rasi melalui sinergi dengan Dinas Pertanian, BB-Pascapanen dan instansi terkait lainnya.

2.    Mengoptimalkan peran lembaga penanganan dan pengolahan (UKM) melalui bimbingan dan berorientasi pada penerapan GMP.

3.    Mengoptimalkan peran lembaga pemasaran yang ada dengan memperluas jangkauannya.

4.    Meningkatkan kemampuan wirausaha masyarakat Cireundeu melalui proses difusi teknologi dan peningkatan sistem manajemen.

Inisiasi perbaikan teknologi dari BB Litbang Pascapanen di kawasan pengembangan diversifikasi pangan di Kota Cimahi dilakukan dengan Bimbingan Teknis Pengolahan Rasi (Rasi, Rasi Goreng, Rasi Uduk) dengan teknologi ekstrusi. Kelebihan teknologi ini diperoleh hasil butiran rasi yang lebih kokoh, seragam, praktis, dan awet.

Formulasi bahan baku yang dipergunakan dapat disesuaikan dengan nilai fungsional, seperti penambahan kacang-kacangan dalam formulasi untuk meningkatkan kadar protein rasi yang dihasilkan.

Teknologi ekstrusi yang dikembangkan BB Pascapanen di Kota Cimahi memilki kelebihan, yaitu bisa menghasilkan produk selain rasi yaitu mi, makaroni, dan pasta keong yang semuanya bisa diolah dengan menggunakan bahan baku tepung ubikayu.

Kelebihan mi dan pasta tersebut bisa dihasilkan tanpa menggunakan terigu sama sekali atau bebas gluten. Hal ini tentunya menurunkan potensi impor terigu, di samping menurunkan tingkat ketergantungan akan produk beras dari padi. (BB Pascapanen/Balitbangtan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement