Senin 26 Feb 2018 20:31 WIB

Paytren Berencana Aplikasikan Teknologi Blockchain

Syariah itu bukan berarti harus Muslim karena ekonomi syariah bisa ke semua orang.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Blockchain. Ilustrasi
Foto: Reuters
Blockchain. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Paytren berencana mengaplikasikan teknologi blockchain untuk semua lini bisnisnya. Rencana tersebut diharapkan bisa terealisasi pada 2019.

CEO dan Co-Founder Paytren, Hari Prabowo, menyatakan cara kerja blockchain berdasarkan prinsip syariah. Sebab, di dalam blockchain terdapat transparansi dan kebenaran data. Artinya, data pada saat masuk ada filterisasi, dan angkanya akan sama persis.

Namun, menurut Hari, implementasi blockchain secara luas di Indonesia butuh waktu bertahap. Sebab, saat ini pemerintah baru saja menggencarkan transaksi non tunai melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) atau Less Cash Society.

"Blockchain ini adalah implementasi dari promosi transaksi syariah. Syariah itu kan bukan berarti harus Muslim karena ekonomi syariah bisa ke semua orang," kata Hari kepada Republika di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dengan alasan syariah tersebut, Hari mengakui teknologi blockchain menjadi menarik. Teknologi tersebut bisa digunakan untuk lingkungan terbatas seperti komunitas Paytren. "Keuntungan bagi kami ini bisnis value. Bukan keuntungan secara nilai uang tapi value added. Bagaimana pengusaha merasakan ada trust tambahan. Ini yang mahal," imbuhnya.

Hari menjelaskan, teknologi blockchain diharapkan bisa diterapkan di semua lini bisnis Paytren. Dalam beberapa bulan ke depan, Paytren akan mempelajari mengenai blockchain. Bersamaan dengan itu, Paytren juga menggencarkan transaksi non tunai.

Hal itu akan didukung sistem pembayaran uang elektronik (electronic money) yang segera diteken izinnya oleh Bank Indonesia. "Tapi di satu sisi kita bangun teknologi blockchain. Kalau tidak ada halangan nanti 2019 bisa," ungkapnya.

Hari menambahkan, dalam mendukung implementasi blockchain di Indonesia, pemerintah dianggap perlu membuat regulasi baru. Selanjutnya, pemerintah perlu menentukan provider yang akan mengelola. Hari menilai, penerapan blockchain di dunia finansial lebih rumit dibandingkan bidang lain. Misalnya di bidang logistik lebih mudah dalam mengecek pengiriman barang.

"Tapi kalau buat finansial banyak tantangan. Mesti ada pengusaha atau komunitas masuk kesana. Ini yang membuat saya tertarik. Memang perlu effort, perlu pendahulu sebagai contoh," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement