Jumat 23 Feb 2018 17:26 WIB

BI Perkirakan Inflasi Februari 0,19 Persen

Salah satu sumber tekanan inflasi nasional adalah kelompok barang pangan.

Kelompok Bahan Makanan Menyumbang Andil Inflasi Terbesar
Foto: Republika/Prayogi
Kelompok Bahan Makanan Menyumbang Andil Inflasi Terbesar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melakukan Survei Pemantauan Harga hingga pekan ketiga Februari 2018. BI memperkirakan inflasi di bulan Februari 2018 sebesar 0,19 persen month to month (mtm) atau secara tahunan di 3,2 persen (yoy).

"Kita survei di 82 kota, Februari ini sampai pekan ketiiga ada di kisaran 0,19 persen. Secara tahun ke tahun ada di 3,2 persen. Ini sesuai range," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat (23/2).

Survei Pemantauan Harga (SPH) BI dilakukan di 82 kota dengan sampel dua pasar di seiap kota. Salah satu sumber tekanan inflasi nasional, kata Agus, berasal dari kelompok harga barang pangan bergejolak (volatile foods) di Jawa dan Sumatra.

Inflasi volatile foods di Jawa dan Sumatra ini lebih tinggi dibandingkan periode sama tiga tahun lalu. Komoditas volatile foods itu antara lain beras, cabai merah dan bawang putih.

Bank Sentral ingin menjangkar inflasi volatile foods di 4-5 persen tahun ini (yoy) untuk dapat mencapai sasaran inflasi nasional di 2,5-4,5 persen (yoy). "Di 2017 kita targetkan inflasi volatile foods sama, tapi realisasinya 0,71 persen. Jadi pencapaian bagus. Di 2018 kita mesti terus jaga," ujar Agus.

Di 2018, Bank Sentral mengakui ada tekanan dari kenaikan harga minyak dunia yang bisa memicu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak di kelompok tarif yang diatur pemerintah (admisitered prices).

Semula, BI memperkirakan harga minyak akan berada di kisaran 51 dolar AS per barel, meski asumsi makro untuk harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 ditetapkan pada angka 48 dolar AS per barel. Namun, dengan dinamika harga minyak dunia terakhir, BI melihat rata-rata harga minyak akan berada di kisaran 60 dolar AS per barel.

"Kenaikan harga minyak dunia secara tidak langsung atau langsung bisa berdampak ke inflasi di Indonesia. Secara umum, BI masih percaya bahwa inflasi kita akan ada di kisaran target," ujar Agus.

Di sisi lain, terdapat perkiraan inflasi Februari akan meningkat meskipun masih terbatas. Ekonom DSB Bank Gundy Cahyadi memproyeksi inflasi Februari secara tahunan sebesar 3,3 persen (yoy), lebih tinggi dibanding Januari 2018 yang sebesar 3,25 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement