REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore (19/2), bergerak menguat sebesar sembilan poin menjadi Rp 13.506 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.515 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan fundamental ekonomi nasional yang positif terlihat dari data yang telah dirilis masih menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah. "Aktivitas ekonomi Indonesia masih tetap dalam tren peningkatan pada 2018 ini," katanya di Jakarta, Senin.
Bank Indonesia mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 mencatat defisit sebesar 0,68 miliar dolar AS. Bank Indonesia memandang defisit neraca perdagangan itu tidak terlepas dari peningkatan kegiatan produksi dan investasi, sejalan dengan membaiknya prospek perekonomian domestik, serta pengaruh kenaikan harga barang impor.
Kendati demikian, menurut Ariston, aktivitas perdagangan valas relatif terbatas karena hari libur di Amerika Serikat dan Cina. Di sisi lain, kata dia, spekulasi di pasar bahwa The Fed akan menaikan suku bunganya pada Maret nanti turut menahan depresiasi dolar AS lebih dalam.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 60 dolar AS per barel turut menjadi faktor yang menjaga fluktuasi mata uang rupiah. "Mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah relatif terjaga di tengah situasi itu," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (19/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp 13.541 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.570 per dolar AS.