REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS terus melemah terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (15/2) atau Jumat (16/2) pagi WIB. Para investor mempertimbangkan sejumlah laporan ekonomi.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada Kamis (15/2) bahwa indeks harga produsen untuk permintaan akhir meningkat 0,4 persen di bulan lalu, setelah tidak berubah pada Desember, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Dalam laporan terpisah, departemen tersebut mengumumkan bahwa dalam pekan yang berakhir 10 Februari, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran disesuaikan secara musiman mencapai 230 ribu, meningkat 7.000 dari tingkat direvisi minggu sebelumnya, dan umumnya setara dengan perkiraan pasar.
Rata-rata pergerakan 4-minggu mencapai 228.500, meningkat 3.500 dari rata-rata direvisi minggu sebelumnya.
Sementara itu, produksi industri AS turun tipis 0,1 persen pada Januari menyusul kenaikan empat bulanan berturut-turut, gagal memenuhi ekspektasi pasar, kata Federal Reserve. "Produksi meningkat pada paruh kedua tahun lalu dan melambat pada Januari. Ketika penjualan ritel di bulan Januari, mundur, jika berlanjut, mengganggu namun laju aktivitasnya mengesankan," kata Chris Low, kepala ekonom FTN Financial, dalam sebuah catatan.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,59 persen menjadi 88,591 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,2507 dolar AS dari 1,2444 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris naik ke 1,4098 dolar AS dari 1,3995 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7938 dolar AS dari 0,7918 dolar AS.
Dolar AS dibeli 106,26 yen Jepang, lebih rendah dari 107,04 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS merosot ke 0,9226 franc Swiss dari 0,9303 franc Swiss, dan turun ke 1,2484 dolar Kanada dari 1,2517 dolar Kanada.