Kamis 15 Feb 2018 11:39 WIB

Jabat Gubernur the Fed, Powell Disambut Kenaikan Inflasi AS

Laporan Depnaker AS menunjukkan kenaikan harga merata di semua negara bagian.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Jerome Powell, kandidat Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed).
Jerome Powell, kandidat Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Harga barang konsumsi di AS pada Januari naik melebihi ekspektasi terutama harga bahan bakar minyak (BBM), sewa tempat tinggal, dan layanan kesehatan. Hal ini meningkatkan tekanan atas Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) yang baru, Jerome Powell untuk membuat kebijakan yang tidak memperburuk keadaan.

Berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja AS, pada Rabu (14/2), menunjukkan kenaikan harga merata di semua negara bagian, terutama perabot rumah tangga dan asuransi kendaraan. Para ekonom menilai hal ini tidak berkelanjutan.

Inflasi yang dapat berpengaruh pada pengetatan bursa lapangan kerja dan mendorong peningkatan belanja pemerintah. Kedua faktor ini dapat memicu The Fed menerbitkan kebijakan kenaikan suku bunga secara agresif tahun ini. Jika demikian, yang terjadi malah pelambatan ekonomj AS, demikian dilansir Reuters, Rabu (14/2).

The Fed diprediksi akan menaikkan suku bungan sebanyak tiga kali pada 2018 ini. Kenaikan suku bunga The Fed pertama diprediksi akan dilakukan pada Maret. Jerome sendiri menggantikan Janet Yellen sebagai Gubernur The Fed.

Ekonom JPMorgan, Michael Feroli, mengatakan, sementara inflasi makin signifikan, tren kenaikan harga yang terjadi di semua negara bagian pada Januari perlu diperhatikan. Membaca inflasi saat ini mungkin akan jadi penguat rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed pada Maret mendatang.

''Saat ini kita juga berpikir kondisi tak biasa yang mulai makin intensif ini membuat The Fed merevisi rencana menaikkan suku bunga dari tiga kali menjadi empat kali,'' ungkap Feroli.

Departemen Tenaga Kerja AS menyatakan, indeks harga eceran (CPI) naik 0,5 persen pada Januari 2018 karena naiknya harga BBM, sewa tempat tinggal, dan layanan kesehatan. Secara tahunan, CPI per Januari 2018 tidak naik dibanding Januari 2017 yakni 2,1 persen.

Dengan mengesampingkan pangan volatil dan energi, kenaikan CPI per Januari 2018 sebesar 0,3 persen. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak Januari 2017 dan tertinggi setelah CPI Desember 2017 sebesar 0,2 persen. Para ekonom juga sudah memprediksi kenaikan itu.

Pergerakan CPI inti dipandang menjadi sinyal baik tren inflasi di AS. The Fed menelusuri indeks yang berbeda. Indeks harga belanja konsumsi personal ditargetkan berada di kisaran dua persen sejak 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement