Jumat 02 Feb 2018 03:17 WIB

Bank Resona Perdania Targetkan Masuk BUKU III

Peningkatan modal akan meningkatkan kadar persaingan Bank Resona Perdania.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Modal bank (ilustrasi)
Foto: noizenews.com
Modal bank (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Resona Perdania menargetkan menjadi Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) III dalam beberapa waktu mendatang. Bank BUKU III disyaratkan memiliki modal inti antara Rp 5 triliun sampai Rp 30 triliun.

Saat ini, Bank Resona Perdania masih tergolong kategori BUKU II dengan modal inti antara Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun. Presiden Direktur Bank Resona Perdania, Atsushi Tahara, mengatakan, rencana untuk naik menjadi BUKU III tersebut untuk memperkuat kemampuan bisnis bank.

"Peningkatan modal ini akan meningkatkan tingkat persaingan Bank Resona Perdania dengan bank asing lainnya, meningkatkan peran dalam perekonomian Indonesia secara berkelanjutan dan tumbuh bersama nasabah," kata Atsushi dalam konferensi pers perayaan Hari Ulang Tahun ke-60 Bank Resona Perdania di Hotel Mulia Senayan, Jakarya, Kamis (1/2).

Atsushi menambahkan, persiapan meningkatkan status dari BUKU II menjadi BUKU III karena perusahaan menyadari dan melihat iklim perekonomian di Indonesia bagi perbankan perlu untuk meningkatkan skala usaha. Saat ini modal inti Bank Resona Perdania sebesar Rp 2,5 triliun. Sehingga masih diperlukan Rp 2,5 triliun lagi untuk menjadi BUKU III.

"Untuk persiapan secara konkret Bank Resona tidak hanya memiliki satu pemengang saham tapi beberapa pemegang saham. Karena itu kami secara internal sedang dibahas. Tentu akan ditingkatkan statusnya. Tapi kapan, belum bisa dijawab karena masih dalam pembicaraan pemegang saham," terangnya.

Atsushi menambahkan, Bank Resona Perdania berencana meningkatkan model bisnis di Indonesia. Mulai 1 Februari 2018 bank asal Jepang tersebut akan menjalankan rencana bisnis jangka menengah. Dalam rencana bisnis tersebut pertumbuhan aset ditargetkan sebesar 11-12 persen.

"Perekonomian Indonesia yang pertumbuhannya secara jangka panjang memang tidak begitu bagus juga tapi kami sejak tahun lalu mewujudkan kebijakan untuk meningkatkan nasabah dan cukup berhasil sejak 2017. Dengan demikian untuk meningkatkan aset ini bagi kami untuk mencapai target 11-12 persen tidak begitu sulit diwujudkan," ucap Atsushi.

Presiden Direktur Resona Holdings Inc, Kazuhiro Higashi, menambahkan, saat ini Rresona Grup mempersiapkan landasan untuk produk yang berbasis teknologi informasi (IT). Sebab, perkembangan teknologi berbasis berkembang pesat akhir-akhir ini. "Sebagai contoh smartphone itu digunakan untuk rekening dan produk rekening berdasarkan smartphone ini akan kami launching pada Februari ini," ujar Kazuhiro.

Kazuhiro menyatakan, selama 60 tahun terakhir ini di Resona Grup mengalami berbagai perubahan krisis ekonomi. Di Indonesia selama 60 tahun juga terjadi berbagai permasalahan ekonomi. Tapi Resona Grup tetap bertahan di Indonesia.

Menurutnya, krisis perekonomian tidak hanya di Jepang dan Indonesia, melainkan negara-negara di dunia mengalami masa-masa krisis ekonomi. Bagi perbankan, lanjutnya, kalau negara yang mempunyai potensi berkembang perlu juga menawarkan dana. "Alasan itu kelompok usaha resona tetap bertahan di Indonesia. Kami sangat percaya Indonesia punya potensi sangat besar untuk berkembang," imbuhnya.

Alasan kedua, tambahnya, Indonesia dan Jepang mempunyai hubungan sangat erat, salah satunya hubungan ekonomi. Bukan hanya perusahaan besar tapi perusahaan kecil dan menengah dari Jepang juga melakukan investasi ke Indonesia.

Di sisi lain, pada pertengahan Februari ini Bank Resona akan mengadakan pergantian pucuk pimpinan di jajaran direksi. Atsushi Tahara berencana mundur dari jabatan Direktur Utama bulan ini. Bank Resona telah menunjuk Ichiro Hiramatsu sebagai pengganti Atsushi. "Ichiro Hiramatsu akan menjadi Presiden Direktur yang baru," ujar Atsushi.

Sampai akhir Desember 2017, kredit yang disalurkan Bank Resona Perdania mencapai Rp 10,33 triliun. Sebanyak 50 persen disalurkan ke sektor manufaktur. Dari sisi kualitas kredit, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPF) gross sebesar 1,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement