Rabu 24 Jan 2018 13:40 WIB

AAJI Dorong Perusahaan Asuransi Jiwa Manfaatkan Teknologi

Teknologi informasi dinilai bisa tingkatkan penetrasi asuransi jiwa di masyarakat.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Pekerja kebersihan beraktivitas di depan deretan logo anggota asuransi jiwa yang dipajang di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Jakarta, Rabu (30/8).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pekerja kebersihan beraktivitas di depan deretan logo anggota asuransi jiwa yang dipajang di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Jakarta, Rabu (30/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mendorong pelaku industri terutama asuransi jiwa untuk memanfaatkan teknologi informasi (TI) untuk meningkatkan penetrasi asuransi jiwa di masyarakat.

Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan, pada kuartal tiga 2017, penetrasi asuransi nasional 6,8 persen. Mengutip laporan World Insurance Sigma pada 2013, penetrasi asuransi di Indonesia baru sekitar dua persen. Pada 2013, Indonesia berada di peringkat 73 dunia meskipun dari sisi premi sudah di peringkat 33 dunia.

Meski belum memiliki data, AAJI yakin, dengan TI, penetrasi pasar akan makin besar. ''Kalau penetrasi bisa naik dari dua persen ke 6,8 persen, bukan mustahil Indonesia bisa berada di posisi 10 besar dunia,'' kata Hendrisman usai konferensi pers gelaran Digital and Risk Management in Insurance (DRiM) di Rumah AAJI, Jakarta, Rabu (24/1).

Dia mengungkapkan, jumlah ponsel saat ini sudah lebih banyak dari jumlah penduduk Indonesia. Perusahaan asuransi dinilai bisa lebih dekat ke nasabah. Hampir semua perusahaan asuransi jiwa kini menyampaikan produk ke pasar menggunakan teknologi.

AAJI ingin membangunkan industri bahwa TI memperkecil jarak sehingga bisnis bisa efisien. Selain juga risiko yang Hendrisman yakini bisa ditekan memanfaatkan teknologi.

Ketua Bidang Komunikasi dan Hubungan Antarlembaga AAJI Christine W. Setyabudhi mengatakan, di Indonesia, penggunaan teknologi end-to-end oleh industri asuransi memang belum. Pelaku industri asuransi jiwa di Indonesia masih menggunakan TI untuk aftersales melalui aplikasi ponsel misalnya untuk klaim otomatis.

''Kami ingin menyemangat pelaku industri asuransi jiwa untuk lebih aktif menggunakan dan lebih lengkap menggunakan TI,'' kata Christine.

Ia yakin teknologi bisa membantu perusahaan asuransi jiwa. Apalagi, kata dia, bisnis asuransi adalah manajemen risiko. Menurutnya, banyak perusahaan asuransi di luar negeri yang sudah memakai auto underwriting dengan memanfaatkan intelejensi artifisial yang dipasang pada mesin pembelajar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement