REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (22/1) bergerak melemah. Rupiah melemah sebesar 26 poin menjadi Rp 13.341 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.315 per dolar AS.
"Faktor teknikal membatasi pergerakan nilai tukar rupiah, namun itu sifatnya cenderung temporer, masih terbuka peluang bagi mata uang domestik kembali terapresiasi terhadap dolar AS," kata analis Binaartha Sekuritas Reza priyambada di Jakarta, Senin (22/1).
Menurut Reza, sentimen terjadinya penghentian sementara atau shutdown kegiatan operasional pemerintahan di Amerika Serikat akan mempengaruhi pergerakan dolar AS di pasar global. "Shutdown pemerintahan AS akan menahan pergerakan dolar AS di pasar global," katanya.
Di tengah situasi itu, lanjut dia, maka peluang bagi pergerakan rupiah untuk kembali terapresiasi terhadap dolar AS cukup terbuka ke depannya. Apalagi, kondisi ekonomi nasional cukup kondusif.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa kebijakan Bank indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-day Reverse Repo Rate) tetap sebesar 4,25 persen juga direspon positif pasar.
"Kebijakan itu menunjukan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional," katanya.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan bahwa dampak dari shutdown-nya pemerintahan AS secara sementara diperkirakan akan mendorong rupiah kembali menguat pada perdagangan awal pekan ini.
Selain itu, lanjut Ahmad Mikhail, isu berkurangnya pembelian obligasi pemerintah Amerika Serikat oleh Tiongkok dan Jepang diperkirakan juga akan membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS.