Jumat 19 Jan 2018 17:41 WIB

Ini Penyebab Harga Ayam Naik Menurut Kemendag

Tren kenaikan harga ayam biasanya terjadi pada Januari-Maret saat cuaca buruk

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pedagang melayani pembeli daging ayam potong di Pasar Senen, Jakarta, Ahad (14/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Pedagang melayani pembeli daging ayam potong di Pasar Senen, Jakarta, Ahad (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan mengundang sejumlah peternak dan pedagang guna membahas persoalan lonjakan harga daging ayam ras belakangan ini, Jumat (19/1). Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Tjahya Widayanti mengatakan, dari hasil rapat tersebut disimpulkan bahwa faktor cuaca menjadi penyebab utama yang memicu harga daging ayam merangkak naik.

"Karena cuaca ini ayamnya jadi tidak bisa berkembang biak dengan baik," ujarnya, saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (19/1).
 
Menurut dia, tren kenaikan harga pada daging ayam ras biasanya terjadi pada Januari-Maret saat curah hujan tinggi.
 
 
Namun begitu, Tjahya menyebut pihaknya belum merumuskan solusi cepat untuk meredam gejolak harga tersebut. Sebab, rapat baru mengidentifikasi masalah berdasarkan penuturan para pelaku usaha.
 
"Mengenai apa yang harus kita lakukan, itu akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya."
 
Sementara itu, sejumlah pedagang daging ayam di pasar-pasar tradisional Kota Bandung mogok berjualan pada Jumat (19/1). Aksi mogok itu merupakan bentuk kekecewaan pedagang atas mahalnya harga daging ayam ras yang kini telah menyentuh angka Rp 40 ribu per kilogramnya. Pedagang berencana melanjutkan aksi protes selama tiga hari.

"Mulai dari bandar nggak akan jualan. Otomatis kita pengecer juga ikut mogok karena nggak ada pasokan daging," kata Entis (30 tahun), pedagang daging ayam di Pasar Cicaheum, Kota Bandung kepada Republika.co.id.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement