REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG -- Beberapa petani di sentra produksi padi di Lampung menolak pemerintah mengimpor beras dari Vietnam atau Thailand untuk mengatasi melambungnya harga beras terakhir ini. Impor beras bukan solusi mengatasi harga tetapi justru merusak harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang sekarang sedang membaik.
Menurut Suwito, petani di Kota Metro, masuknya beras impor dapat merusak harga gabah petani yang beberapa bulan terakhir harganya sedang bagus. Harga gabah petani dihargai pembeli di atas harga pembelian pemerintah (HPP). ''Kalau beras dari luar masuk, jelas harga gabah petani turun lagi, dan yang rugi petani juga,'' ujarnya, Senin (15/1).
Hal sama diungkapkan Imron, petani di Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Ia menyatakan harga gabah di tingkat petani saat ini sedang membaik, meskipun musim panen belum tiba. Ia mengkhawatirkan jika beras dari luar negeri masuk ke Lampung, maka harga beras di pasaran akan turun, dan harga gabah juga ikut turun.
Menurut dia, dalam satu bulan setengah lagi akan memasuki musim panen dan panen raya pada Maret mendatang. Untuk itu, ia berharap pemerintah mengurungkan masuknya beras impor, untuk meningkatkan pendapatan petani dengan menikmati harga gabah yang tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung menyebtukan garga GKP di tingkat petani di sentra produksi gabah di Lampung tertinggi mencapai Rp 6.100 per kg untuk varietas Ciherang di Pringsewu. Sedangkan harga gabah terendah mencapai Rp 4.750 per kg untuk varietas Muncul di Kecamatan Sragi, Lampung Selatan. Harga gabah tersebut di atas HPP yakni Rp 3.700 per kg.
Kabid Statistik Distribusi BPS Lampung Bambang Widjanarko mengatakan kebijakan impor beras oleh pemerintah setelah belakangan terjadi kenaikan harga beras khususnya kualitas medium dan beras kualitas premium yang dijual di atas harga eceran tertinggi (HET). Menurut dia, kebijakan impor akan menurunkan harga beras di pasaran juga akan berpengaruh dengan harga gabah di tingkat petani.
Kebijakan impor oleh pemerintah karena naiknya harga beras di pasaran, termasuk beras premimum di atas HET. Beras impor juga berpengaruh dengan harga gabah petani, katanya, Senin (15/1).
Sedangkan Anggota DPRD Kota Metro Nasrianto menyatakan kebijakan impor beras belum perlu untuk saat ini, karena stok beras yang disebutkan Menteri Pertanian masih tersedia. Apalagi dalam waktu dekat petani akan panen.
Menurut dia, saat ini stok beras seperti disebutkan Menteri Pertanian cukup dan bahkan surplus. Lagi pula, ia menyatakan belum ada masyarakat yang beli beras dengan cara mengantre panjang. Ia meminta pemerintah melalui Menteri Perdagangan membatalkan impor beras tersebut.