Rabu 03 Jan 2018 16:17 WIB

Bahan Makanan Buat Inflasi di Cilacap Lebih Tinggi

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Budi Raharjo
Pedagang sedang mengatur dagangan cabai merah keriting di salah satu pasar tradisional. (ilustrasi)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pedagang sedang mengatur dagangan cabai merah keriting di salah satu pasar tradisional. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO -- Inflasi tahunan Kota Cilacap pada 2017, mencapai 4,4 persen. Meski tercatat cukup tinggi, namun Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Fadhil Nugroho, menyebutkan angka inflasi tersebut masih sesuai dengan target inflasi 4,5 persen +/-0,1.

''Inflasi tahunan Kota Cilacap tahun 2017 ini, memang lebih tinggi dari Kota Purwokerto. Dari data BPS, inflasi tahunan Kota Purwokerto hanya tercatat sebesar 3,91 persen,'' jelasnya, Rabu (3/1).

Sementara untuk data inflasi bulan Desember 2017 (mtm), Fadhil menyebutkan, untuk Kota Cilacap mencapai 0,60 persen. Sedangkan untuk Kota Purwokerto, hanya tercatat 0,57 persen. ''Khusus pada Bulan

Desember, baik di Cilacap dan Purwokerto, penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok makanan yang memang mengalami kenaikan cukup tinggi,'' jelasnya.

Untuk Kota Purwokerto, kata Fadhil, tekanan inflasi tahunan dari kelompok bahan makanan atau volatile food berkontribusi sebesar 1,92 persen. Antara lain, komoditi beras yang menyumbang inflasi 0,15 persen, telur ayam ras 0,13, daging ayam ras 0,08 persen, cabai merah, kacang panjang, terong panjang, cabai rawit, dan cabai hijau. Pada Desember, kelompok makanan itu mengalami kenaikan harga cukup tinggi.

Sedangkan untuk kelompok administered price (komoditi yang harganya ditetapkan pemerintah), menurut Fadhil, juga memberikan sumbangannya terhadap laju inflasi sebesar 0,65 persen. Penyumbang terbesar dari kelompok ini, adalah kenaikan tarif kereta api pada masa liburan akhir tahun, kenaikan harga rokok Kretek dan juga bensin.

Meski ada komoditas yang menyumbang inflasi, Fadhil juga menyebutkan ada beberapa komoditas yang menyumbang deflasi. Komoditas yang menyumbang deflasi, antara lain akibat penurunan harga jeruk, buncis, bawang merah, labu siam dan gula pasir.

Serupa dengan Kota Cilacap, penyumbang inflasi terbesar pada Bulan Desember juga datang dari kelompok bahan makanan (volatile food) yang menyumbang sebesar 2,78 persen. Antara lain dari komoditi telur ayam ras yang menyumbang 0,14 persen, cabai merah 0,08 persen, beras 0,08 persen, cabai rawit, daging ayam ras, daging ayam kampung dan jeruk. ''Kelompok administered price, juga ikut menyumbang inflasi sebesar 0,34 persen,'' katanya.

Secara keseluruhan, kata Fadhil, penyumbang inflasi tahunan untuk Kota Cilacap berasal dari kelompok administered price yang mencapai 9,49 persen dan kelompok inti sebesar 3,7 persen. Sementara untuk kelompok volatile food, maih memberi andil deflasi sebesar 2,13 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement