Rabu 03 Jan 2018 15:21 WIB

Harga Minyak Dunia Dekati Rekor 2015

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak dunia pada Rabu (3/1) mendekati harga pertengahan 2015. Hal ini didorong permintaan yang mulai pulih dan kesadaran negara-negara anggota OPEC dan Rusia untuk menahan produksi minyak mereka.

Harga minyak mentah di West Texas Intermediate (WTI) mencapai 60,40 dolar AS per barel. Harga itu mendekati harga tertinggi minyak dunia pada pertengahan 2015 sebesar 60,74 dolar AS per barel.

Sementara harga minyak di Brent sebesar 66,55 dolar AS per barel. Juga tak jauh dari harga tertinggi yang Brent catat pada Mei 2015 sebesar 67,29 dolar AS per barel, demikian dilansir Reuters, Rabu (3/1). Meski begitu, ada sinyal kekhawatiran sejak akhir 2017 lalu. Hal ini terkait produksi minyak AS yang terus ditingkatkan dan keraguan soal bertahannya permintaan pada level seperti saat ini.

Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank Denmark, Ole Hansen mewanti-wanti potensi disrupsi ke depan terutama di sisi pasokan, termasuk dengan adanya protes di Iran. ''Sehingga dalam hal nampak ada spekulasi,'' kata Hansen.

Hansen sendiri melihat adanya potensi harga minyak kembali turun di awal 2018 ini karena AS meningkatkan produksinya. ''Ini cuma soal waktu sebelum target produksi 10 juta barel per hari dicapai AS,'' kata Hansen.

Produksi minyak AS sudah naik 16 persen sejak pertengahan 2016 mencapai 9,75 juta barel per hari di akhir 2017. Adapula kekhawatiran produksi minyak Rusia sebagai salah satu produsen minyak terbesar dunia sekaligus berpengaruh di OPEC. Meski dikabarkan mengurangi pasokan, faktanya itu tidak terjadi.

Sebagai bagian kesepakatan pengurangan pasokan, Rusia berjanji mengurangi produksi sebanyak 300 ribu barel per hari. Rusia pernah memproduksi hingga 11,247 juta barel minyak per hari pada Oktober 2016.

Sepanjang 2017, pasokan minyak dari Rusia rata-rata mencapai 10,98 juta barel per hari dibanding pada 2016 yang rata-rata 10,96 juta barel per hari dan 2015 sebanyak 10,72 juta barel per hari. Hansen juga mengkhawatirkan ekonomi Cina yang pada 2018 bisa tumbuh lebih lambat dari prediksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement