Senin 25 Dec 2017 20:19 WIB

Harga Pangan Naik, Kemendag Bilang Pasokan tidak Normal

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah pengunjung memilih telur ayam di sebuah supermarket di Kota Bandung, Rabu (20/12). Masyarakat berharap menjelang Natal dan tahun baru harga kebutuhan pokok atau sembako tetap terkendali.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Sejumlah pengunjung memilih telur ayam di sebuah supermarket di Kota Bandung, Rabu (20/12). Masyarakat berharap menjelang Natal dan tahun baru harga kebutuhan pokok atau sembako tetap terkendali.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Perdagangan mengakui adanya kenaikan harga pangan di beberapa komoditi seperti cabai, daging ayam, telur ayam dan beras. Kenaikan harga terjadi karena pasokan yang tidak normal.

"Misal, cabai karena cuaca ekstrem hujan, daging dan telur ayam karena virus H9N2 dan IB Variant dan belum ada pasokan impor vaksin," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Tjahya Widayanti kepada Republika, Senin (25/12).

Sementara kenaikan harga beras dikarenakan masa panen yang sudah lewat. Hal tersebut membuat pasokan beras khususnya medium berkurang.

Saat ini pihaknya sedang melakukan intervensi khususnya beras medium melalui stabilisasi harga oleh Perum Bulog. Jaringan mitra di daerah juga dirangkul untuk menggelontorkan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ke pasar-pasar di seluruh daerah Indonesia.

"Selain itu, Kemendag juga sudah berkoordinasi dengan pengusaha perunggasan dan peternak layer untuk stabilisasi harga daging ayam dan telur ayam," ujar dia.

Untuk daging ayam, kata dia, sudah dilakukan Operasi Pasar (OP) oleh perusahaan-perusahaan besar dengan harga maksimal Rp 31 ribu per kilogram (kg) dengan harga live bird Rp 19 ribu per kg. Untuk telur akan ada penurunan harga bertahap di peternak karena produksi diperkirakan akan segera pulih. "Kita akan jaga harga di tingkat peternak dan konsumen," katanya.

Terkait cabai, ia melanjutkan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian mengenai lokasi yang masih panen untuk kemudian perlu upaya mobilisasi mengisi kebutuhan di daerah lain. "Khususnya yang mengalami kenaikan seperti DKI Jakarta yang merupakan sentra konsumsi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement