Ahad 24 Dec 2017 13:04 WIB

Pasokan Kurang Jadi Sebab Kenaikan Harga Pangan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
 Pedagang sayuran melayani pembeli di Pasar PSPT Tebet, Jakarta.
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Pedagang sayuran melayani pembeli di Pasar PSPT Tebet, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengatakan berdasarkan hasil olah lapangan, kenaikan harga pangan disebabkan pasokan yang tidak normal. Kenaikan harga pangan seperti cabai, daging ayam, telur ayam dan beras disebabkan kondisi cuaca ekstrem di berbagai wilayah.

"Seperti cabai akibat cuaca ekstrem hujan, daging dan telur ayam karena virus H9N2 dan IB Variant dan belum ada pasokan impor vaksin, serta beras yang sudah lewat masa panen raya sehingga pasokan beras, khususnya medium berkurang," ujar Tjahya melalui pesan singkat kepada Republika.co.id, Ahad (24/12).

 

Untuk itu, pemerintah sedang melakukan intervensi khususnya beras medium melalui stabilisasi harga oleh Perum Bulog dengan jaringan mitra di daerah untuk menggelontorkan stok CBP ke pasar-pasar di seluruh daerah indonesia.

 

Selain itu, Kementerian Dalam Negeri juga sudah berkoordinasi dengan pengusaha perunggasan dan peternak layer untuk stabilisasi harga daging ayam dan telur ayam. Untuk daging ayam, menurut laporan, sudah dilakukan operasi pasar oleh perusahaan-perusahaan besar dengan harga maksimal Rp 31 ribu per Kg dengan harga live bird Rp 19 ribu per Kg, dan untuk telur akan ada penurunan harga bertahap di peternak karena produksi diperkirakan akan segera pulih.

 

"Kita akan jaga harga di tingkat peternak dan konsumen," katanya.

 

Untuk cabai Kemendag sedang mengkoordinasikan dengan Kementan mengenai lokasi yang masih terjadi panen. "Yang kemudian perlu upaya mobilisasi nantinya untuk mengisi kebutuhan di daerah-daerah khususnya yang mengalami kenaikan seperti DKI Jakarta yang merupakan sentra konsumsi," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement