REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi pembiayaan perbankan syariah pada 2018 akan tumbuh 10-12 persen.
Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK, Ahmad Soekro menjelaskan pada tahun depan, pihaknya akan mendorong perbankan syariah agar lebih bersinergi dengan sektor rill dan sektor religius/ sosial.
"Harapannya akan mendorong kinerja perbankan syariah. Prediksi pembiayaan di 2018 tumbuh sekitar 10-12 persen. Potensi di industri dan sektor riil yang harus didorong," ujar Ahmad Soekro di Kantor OJK, Jakarta, Jumat (15/12).
Berdasarkan data OJK per Oktober 2017, perbankan syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 281,83 triliun tumbuh sebesar 15,75 persen secara tahunan (year on year). Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 20,54 persen dengan nilai dana Rp 325,69 triliun. Sedangkan aset tumbuh 19,79 persen dengan nilai Rp 406,23 triliun.
Pada tahun depan, kata Soekro, OJK akan menggandeng pengusaha khususnya yang memiliki produk- produk halal untuk menempatkan dananya di perbankan syariah. Hal ini diharapkan akan mendorong dana pihak ketiga perbankan syariah. "Kita ingin ada transaksi keuangan perusahaan yang punya sertifikasi halal kerja sama dengan bank syariah. OJK mendorong, tentunya produk syariah dan keuangan syariah. Asuransinya juga harus syariah. Tentunya harus secara menyeluruh semua syariah," tutur Soekro.
Dengan kerja sama ini, ia berharap ada peningkatan pembiayaan dalam sektor riil seperti KPR dan pembiayaan berbasis modal kerja untuk UMKM. OJK mengarahkan ke UMKM karena basisnya sangat besar dan cocok untuk pembiayaan perbankan syariah.
"Kita lihat sektor UMKM ini bagus. Mungkin pembiayaan naik kira-kira 12 persen," katanya.