REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Beton ringan disebut berpotensi menjadi bahan konstruksi alternatif terutama di daerah rawan gempa. Hal ini terungkap dalam Forum Group Discussion teknologi persemenan di Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI), pekan lalu.
Untuk meningkatkan penelitian-penelitian yang ada di UISI, dosen dari program studi (prodi) Manajemen Rekayasa dan Teknik Kimia mengadakan diskusi kelompok terfokus (FGD) bekerja sama dengan LPPM UISI dengan tema peknologi persemenan. Diskusi yang fokus pada beton ringan sebagai bahan konstruksi alternatif ini mengundang dosen dan peneliti Universitas Syiah Kuala yaitu Abdullah.
Abdullah menjelaskan mengenai topik pengembangan beton ringan di Universitas Syiah Kuala serta penelitian yang ia lakukan yaitu inovasi perancangan bata ringan. Menurut dia, potensi sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah dan dapat dijadikan solusi konstruksi guna mengantisipasi musibah yang terjadi di Aceh pada masa lampau.
Pada tahun 2004, di Aceh terjadi tsunami yang mengakibatkan rumah-rumah roboh. Musibah tersebut mendorong penelitian mengenai fungsi batu apung sebagai pengganti konstruksi bahan bangunan agar bangunan tahan gempa bumi. ''Dengan begitu, bata ringan ini sangat dibutuhkan,'' ucap Abdullah seperti dilansir laman resmi UISI.
Dosen dan Kepala Departemen (Kadep) Manajemen Rekayasa UISI, Ndaru Candra mengatakan, FGD ini sangat menarik mengingat penelitian Abdullah juga di bidang konstruksi tetapi lebihfokuskepada materialnya. ''Penelitian ini bisa juga diterapkan di kampus maupun masyarakat sekitar,'' ujar Ndaru.
Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, rencananya ke depan UISI akan menjalin kerja sama penelitian dengan Universitas Syiah Kuala, Aceh. Ndaru berharap UISI bisa berkolaborasi dengan baik mengingat di Aceh tidak ada pabrik semen dan bahan baku konstruksi juga mahal.