Kamis 07 Dec 2017 17:49 WIB

Mayoritas Perajin Tahu-Tempe Purbalingga Pakai Kedelai Impor

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Tempe
Foto: wikipedia
Tempe

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Minimnya produksi dan rendahnya kualitas kedelai lokal, memaksa perajin tahu tempe di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menggunakan kedelai impor. Kondisi ini sudah berlangsung lama.

"Penyebabnya karena produksi kedelai lokal memang tidak mampu memenuhi kebutuhan perajin, dan kualitas kedelai lokal juga tidak sebaik kedelai impor,'' jelas Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Purbalingga, Bambang Sukendro, Kamis (7/12).

Disebutkan, kebutuhan kedelai untuk perajin tahu-tempe di Purbalingga tergolong cukup besar. Dengan jumlah perajin mencapai 218 unit, kebutuhan bahan baku kedelai mencapai 100 ton per bulan.

''Namun dari total kebutuhan bahan baku tersebut, sebagian besar merupakan kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat. Hanya sekitar 30 persen saja, yang bisa dipenuhi kedelai lokal,'' katanya.

Untuk itu Bambang menyebutkan, bila harga kedelai impor mengalami kenaikan, maka perajin seringkali kelimpungan. Terutama bila kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami penurunan, karena harga kedelai impor sangat tergantung pada kurs rupiah.

''Dalam kondisi seperti ini, perajin tidak bisa beralih menggunakan kedelai lokal, karena ketersediannya di pasaran juga sangat terbatas,'' katanya.

Menurutnya, harga kedelai impor saat ini berada pada kisaran Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per kilogram. Sementara harga kedelai lokal, sebenarnya sedikit lebih murah daripada kedelai impor.

''Namun kualitas kedelai lokal ini masih jauh di bawah kedelai impor. Selain kedelai lokal bijinya lebih kecil, kadang juga banyak bijinya yang tidak utuh karena terserang hama,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement