REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stok beras sebesar 1,1 juta ton yang dimiliki Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) diyakini aman hingga empat bulan ke depan. Sebab, selalu ada perputaran beras masuk dan keluar.
"Ditambah lagi dengan pengadaan baru di 2018," ujar Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum Bulog Febrianto, Kamis (7/12). Untuk diketahui, pada Januari akan memasuki panen raya di berbagai sentra produksi.
Tahun ini Bulog ditargetkan mampu menyerap 3,7 juta ton beras. Namun per 6 Desember baru 2,14 juta ton yang diserap. Dengan kemampuan penyerapan beras sebesar 1.500 hingga 2.000 ton per hari, itu artinya Bulog bisa menambah serapan 50 ribu ton hingga akhir tahun, masih jauh di bawah target. Untuk tahun depan, pihaknya optimis mampu melakukan serapan lebih baik.
"Mudah-mudahan nanti volume penyerapan mulai meningkat lagi," katanya.
Optimisme ini didorong target Bulog untuk mengalokasikan satu juta beras komersial. Angka tersebut meningkat signifikan dari alokasi beras komersial tahun ini yang hanya 300 ribu ton sebagai beras komersial.
Anggaran untuk beras komersial tersebut bersumber dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2018. Kendati demikian, alokasi satu juta ton beras komersial tersbeut masih dalam tahap persetujuan.
"Ini anggaran Bulog sendiri, tinggal kalikan saja harga pembeliannya berapa. Kan kalau komersial tuh fleksibel harganya," katanya. Dengan perkiraan harga beras Rp 8.000 per kg, maka diperlukan anggaran sebesar Rp 8 triliun.
Peningkatan target beras komersial ini dilakukan sebagai antisipasi perubahan skim kebijakan dari beras sejahtera (Rastra) ke Bantuan Sosial (Bansos), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) atau lainnya. Seperti diketahui, dengan skim BPNT, masyarakat bisa membeli beras secara bebas tidak harus melalui Bulog.
"Apapun skimnya, komersial harus kita dorong," tegas dia.
Menurutnya, skim komersial tidak dibatasi berapa jumlah asalkan perusahaan memiliki kapasitas yang sesuai. Beras komersial ini dijual dengan produk Beras Kita dan diperjualkan sesuai pasar bebas dengan batasan harga Eceran Tertinggi (HET).
"Jadi sepanjang masih ada margin kita mainnya di komersial," katanya.
Untuk diketahui, terkait Bansos beras baru akan diputuskan pada Jumat nanti pada Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas). Perubahan skim ini masih harus didiskusikan lagi dengan Menteri Sosial, Menko PMK dan Menko Perekonomian.