Sabtu 02 Dec 2017 08:24 WIB

Indonesia Tawarkan Jepang Kembangkan Investasi Migas

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Ladang migas
Foto: Yudhi Mahatma/Antara
Ladang migas

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Ego Syahrial menjadi pembicara dalam acara JOGMEC Techno Forum 2017yang diprakasai olehJepang Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC) dan Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) di Palace Hotel Tokyo, Jepang.

Dalam kesempatan itu, Dirjen Migas mengundang pengusaha Jepang untuk berinvestasi di proyek hulu dan hilir serta infrastruktur migas Indonesia yang tengah giat dikembangkan. Mengawali sambutannya Ego memaparkan, Jepang merupakan salah satu mitra Indonesia sejak lama, termasuk juga kerja sama di sektor migas seperti kontrak jual beli LNG dan hulu migas di Proyek Masela dan Kangean.

"Jepang juga merupakan salah satu investor terbesar kami dalam proyek hulu dan infrastruktur minyak dan gas bumi. Di era Presiden Joko Widodo, pembangunan infrastruktur energi telah menjadi salah satu prioritas utama nasional," kata Ego melalui keterangan tertulisnya.

Minyak dan gas bumi masih memegang peranan penting dalam bauran energi nasional. Indonesia juga masih sangat tergantung pada energi fosil dan saat ini merupakan produsen sekaligus konsumen. Pada tahun 2016, konsumsi minyak Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari. Padahal produksinya hanya 830.000 barel per hari.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dilakukan impor sebanyak 780 ribu barel per hari berupa minyak mentah dan produk. Untuk LPG, konsumsi Indonesia mencapai 6,6 juta MT, sementara produksi 2,1 juta MT. Artinya, dilakukan impor 4,5 juta MT.

Namun berbeda dengan gas, Indonesia masih mengekspor gas 2,4 juta BSCFD. Konsumsi gas mencapai 4,8 BSCFD dan produksinya 7,3 BSCFD.

Produksi minyak Indonesia berasal dari cadangan yang tersebar di seluruh wilayah. Total cadangan minyak Indonesia 7,2 miliar barel, sedangkan cadangan gas 144 TSCF. Saat ini terdapat 280 kontrak kerja sama yang aktif, terdiri dari 195 kontrak eksplorasi dan 85 kontrak eksploitasi.

Produksi minyak Indonesia mengalami penurunan karena lapangannya sudah tua serta tidak adanya penemuan minyak baru. Ada banyak peluang investasi dalam pengembangan hulu migas di Indonesia, tegas Ego.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement