Rabu 29 Nov 2017 18:25 WIB

Marein Targetkan Pertumbuhan 10 Persen dari Unit Syariah

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Asuransi syariah, ilustrasi
Asuransi syariah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk atau Marein menargetkan unit syariahnya dapat menjadi perusahaan reasuransi syariah terbesar kedua di Indonesia pada 2018. Saat ini, baru terdapat tiga perusahaan reasuransi syariah di Indonesia.

Direktur Marein, Sutadi, mengatakan secara umum bisnis syariah masih kecil sehingga otomatis dampaknya kepada pelaku asuransi apalagi perusahaan reasurnasi syariah juga kecil. Di Indonesia saat ini terdapat satu perusahaan reasuransi syariah dan dua unit termasuk Marein.

Dari sisi pangsa pasar (market share) Marein tercatat paling rendah. "Tapi kami punya harapan ke depan terutana tahun 2018 menjadi nomor dua dari sisi market share," ujar Sutadi kepada wartawan seusai acara seminar asuransi syariah di Hotel Le Meridien, Jakarta, Rabu (29/11).

Dua perusahaan reasuransi syariah lainnya yakni PT Reasuransi Internasional Indonesia, dan PT Reasuransi Naisonal Indonesia. Sutadi menjelaskan, pertumbuhan reasuransi jiwa syariah Marein dari 2016 ke 2017 sekitar 8 persen. Sampai akhir tahun kontribusi reasuransi jiwa syariah Marein ditargetkan mencapai Rp 60 miliar.

"Karena ingin menjadi nomor dua tahun depan, kami punya harapan perumbuhannya di atas 10 persen. Secara total, konvensional dan syariah kami punya target sekitar Rp 2 triliun lebih sampai akhir tahun," ungkap Sutadi.

Untuk mencapai target tersebut, strategi Marein akan proaktif kepada industri asuransi dengan mengedepankan pelayanan (services) terutama respons akan ditingkatkan. "Karena costumer menjadi percaya bahwa Marein akan menepati janjinya melakukan service lebih baik mendatang," ucapnya.

Di samping itu, tahun depan Marein juga berencana menyeimbangkan bisnis reasuransi jiwa dan reasuransi umum. Saat ini bisnis reasuransi jiwa masih mendominasi. Komposisinya masing-masing 65 persen dan 35 persen. Ke depan akan diseimbangkan menjadi 60 persen dan 40 persen. Bisnis di syariah juga masih didominasi oleh reasuransi jiwa.

Menurut Sutadi, perkembangan bisnis asuransi syariah di Indonesia terkendala pemahaman masyarakat yang masih rendah, jika dibandingkan asuransi konvensional. Dari sisi literasi asuransi syariah tercatat baru 2,5 persen sedangkan di kovensional literasinya sebesar 14 persen. Sementara jika dibandingkan dengan Malaysia secara rasio lebih tinggi tapi nominalnya hampir sama dengan Indonesia.

Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), secara nasional, kontribusi asuransi jiwa syariah dan reasuransi umum syariah masih 5 persen dibanding konvensional. Khusus asuransi jiwa syariah dari sisi premi kontribusi bruto pada 2016 mengalami peningkatan 16,7 persen dibanding 2015, nominalnya dari sebelumnya Rp 8,27 triliun menjadi Rp 9,49 triliun.

Namun, pada 2015 sempat mengalami penurunan 1,4 persen dibandingkan 2014. Untuk 2017 sampai dengan September kontribusi bruto asuransi jiwa syariah sebesar Rp 7,6 triliun. Target sampai akhir tahun pertumbuhannya mencapai 11 persen (yoy) atau sekitar Rp 10,53 triliun. "Proyeksi ke depan 2018 pertumbuhannya 11-14 persen secara nasional," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement