REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore (24/11), bergerak menguat sebesar 24 poin menjadi Rp 13.487 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.511 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Dolar AS melemah pasca-rilis notulensi Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) terbaru yang menunjukkan sejumlah pejabat The Fed terlihat dovish terhadap kebijakan yang akan diambil pada Desember nanti, situasi itu membuat rupiah menguat," kata Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan bahwa inflasi di Amerika Serikat yang masih rendah dan belum mencapai target sebesar dua persen pada tahun 2017 membuat ketakutan sejumlah kalangan kenaikan yang cepat atas tingkat suku bunga Fed akan mendorong yield obligasi jangka panjang AS lebih rendah dibandingkan jangka pendek.
"Dolar AS yang cenderung melemah menguntungkan rupiah," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa persepsi investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup solid menjadi salah satu faktor yang turut menjaga pergerakan nilai tukar rupiah. Di sisi lain, kata dia, harga minyak mentah yang stabil juga membantu sentimen penguatan bagi rupiah, yang termasuk sebagai mata uang berbasis komoditas.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (24/11) sore ini berada di posisi 58,52 dolar AS per barel, sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 63,50 dolar AS per barel. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (24/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.506 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.503 per dolar AS.