Rabu 22 Nov 2017 08:00 WIB

Dolar AS Melemah Jelang Pidato Janet Yellen

Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (21/11) atau Rabu (22/11) pagi WIB, menjelang pidato Ketua Bank Sentral AS, Federal Reserve, Janet Yellen yang dipantau secara cermat.

Para investor sedang menunggu pidato Yellen yang dijadwalkan pada Selasa (21/11) waktu setempat. Pada sesi sebelumnya, dia mengatakan bahwa dia akan mengundurkan diri begitu penggantinya dilantik.

Masa jabatan Yellen sebagai ketua Fed berakhir pada Februari 2018, namun masa jabatannya sebagai gubernur Fed akan berakhir pada Januari 2024. Presiden Donald Trump awal bulan ini telah menunjuk gubernur Fed saat ini Jerome Powell sebagai ketua Fed berikutnya.

Di sektor ekonomi, total penjualan existing-home (rumah yang sebelumnya telah dimiliki atau rumah yang sudah dibangun sebelumnya selama satu bulan) di AS meningkat 2,0 persen ke tingkat tahunan disesuaikan secara musiman sebesar 5,48 juta unit pada Oktober dari 5,37 juta unit yang direvisi turun pada September, menurut National Association of Realtors, Selasa (21/11).

Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,14 persen menjadi 93,92 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1745 dolar AS dari 1,1734 dolar AS, dan pound Inggris naik menjadi 1,3244 dolar AS dari 1,3242 dolar AS. Dolar Australia meningkat menjadi 0,7581 dolar AS dari 0,7548 dolar AS.

Dolar AS dibeli 112,38 yen Jepang, lebih rendah dari 112,64 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9915 franc Swiss dari 0,9929 franc Swiss, dan turun tipis menjadi 1,2780 dolar Kanada dari 1,2796 dolar Kanada

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement