Rabu 15 Nov 2017 19:32 WIB

Mengapa Pendapatan Generasi Milenial Kalah dari Orang Tua?

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Petugas menghitung uang pecahan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang, Jakarta, Kamis (23/4).  (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung uang pecahan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang, Jakarta, Kamis (23/4). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,BERLIN -- Meski kekayaan global meningkat signifikan, generasi milenial menghadapi tantangan lebih besar mempercepat stabilitas keuangan mereka dibanding generasi sebelumnya. Beberapa sebabnya adalah ketimpangan dan pengangguran.

Dalam Annual Global Wealth Report, Credit Suisse menyampaikan, kekayaan global naik 27 persen selama satu dekade terakhir. Namun, sebarannya tidak merata.

Misalnya di AS, sekitar 90 persen anak-anak yang lahir pada 1940 memiliki pendapatan lebih baik dari orang tua mereka. Sementara generasi milenial yang lahir pada 1980-an dan 1990-an justru turun 50 persen.

Kepala Tim Riset Credit Suisse, Nannette Hechler-Fayd'herbe, menjelaskan, masalah itu tidak hanya dihadapi milenial AS, tapi juga milenial Eropa. ''Mereka tidak bisa disebut generasi beruntung karena mereka menghadapi kondisi pasar yang lebih menantang dan membatasi prospek peningkatan kesejahteraan mereka,'' ungkap Fayd'herbe seperti dikutip Deutsche Welle, Selasa (14/11).

Berdasarkan laporan Credit Suisse tersebut, generasi milenial merasakan langsung susutnya nilai kekayaan akibat krisis keuangan global, ketimpangan, dan tingkat pengangguran yang signifikan. Di sisi lain, mereka harus menghadapi harga aset yang terus melambung dengan regulasi yang makin ketat. Belum lagi dana pensiun yang akan makin tergerus.

Bank terbesar di Swiss itu memprediksi, hanya sebagian generasi milenial yang akan diuntungkan dari hasil pendidikan tinggi yang mereka kenyam. Bagi sebagian lain, predikat akademik justru tak membuat pendapatan mereka lebih baik dari orang tua mereka.

Kelompok dewasa muda Cina dan di negara-negara ekonomi menengah lainnya diproyeksi akan punya penghidupan lebih baik dibanding negara-negara Barat.

Annual Global Wealth Report juga menyebut, selama 12 bulan antara pertengahan 2016 hingga pertengahan 2017, kekayaan global tumbuh 6,4 persen. Angka itu adalah yang tercepat dalam lima tahun terakhir dengan rata-rata kekayaan individu juga mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi.

Menurut Komisaris Credit Suisse Urs Rohner, dalam satu dekade setelah krisis keuangan pada 2007 lalu, pasar modal memberi imbal hasil yang sama bagusnya dengan imbal hasil non pasar keuangan.

Meskipun di sisi lain, Credis Suisse melihat kurang dari 10 persen orang terkaya dunia menguasai 86 persen total kekayaan dunia. Sejak tahun 2000, jumlah miliarder naik 170 persen. Individu dengan kekayaan mencapai 30 juta dolar AS naik lima kali lipat menjadi sekitar 45 ribu orang di seluruh dunia.

AS masih di urutan teratas negara dengan jumlah miliarder terbanyak. Sementara Swiss masih menjadi negara dengan rata-rata kekayaan orang dewasa terbesar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement