REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- BTPN Syariah terus mendorong inklusi keuangan perempuan karena peran pentingnya dalam menopang perekonomian keluarga. Inklusi diarahkan terutama kepada perempuan dari keluarga prasejahtera.
Direktur Utama (Dirut) BTPN Syariah, Ratih Rachmawaty mengatakan perseroan sangat serius dalam mendorong peningkatan kesejahteraan melalui pemberdayaan produktif perempuan. "Sehingga dalam menyalurkan kreditnya BTPN Syariah jamak menyasar perempuan prasejahtera produktif seperti industri rumahan atau pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) perempuan " ujarnya dalam talkshow bertajuk Inklusi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan melalui Pembiayaan Syariah yang diselenggarakan BTPN Syariah dan Republika, di RM Rodjo, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (15/11).
Ia juga menjelaskan, BTPN Syariah selama ini tidak sekedar memberikan pembiayaan kepada pelaku UMKM perempuan. Tapi juga memberikan nilai tambah melalui pembinaan serta pendampingan. Hal ini dilakukan dengan sasaran akhir para perempuan memiliki empat perilaku unggul, yakni menjadikan perempuan yang berani berusaha, mendorong kedisiplinan, kerja keras serta memiliki semangat saling membantu.
Apa yang sudah dilakukan BTPN Syariah ini mulai membuahkan hasil. Beberapa tolok ukur capaian ini antara lain sudah banyak nasabah yang mampu menyekolahkan putra- putrinya ke jenjang pendidikan yang lebih baik.
"Banyak juga nasabah BTPN Syariah yang dalam menggerakkan usahanya telah beralih dari kayu sebagai bahan bakar memasakmenjadi gas, " kata Ratih, dalam talkshow dengan moderator Pemimpin Redaksi Republika Online (ROL), Elba Damhuri ini.
Hingga saat ini, kata dia, segmen perempuan prasejahtera produktif yang telah dibiayai pun sudah mencapai lebih dari 2,77 juta orang nasabah dengan total pembiayaan mencapai Rp 5,77 triliun. Populasi nasabah yang telah diberdayakan ini juga tersebar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Hanya saja mayoritas pembiayaan yang disalurkan ini paling besar berada di Pulau Jawa. Khusus untuk Jawa Tengah, Ratih mengatakan estimasi jumlah nasabah mencapai kisaran 20 hingga 25 persen nasional.