Jumat 10 Nov 2017 01:52 WIB

Empat Kunci Sukses Kembangkan Industri Halal dan Syariah

Rep: Binti Sholikah/ Red: Elba Damhuri
Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah), bersama Gubernur BI Agus Martowardojo (kedua kiri), dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo melihat Sharia Fair Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2017 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/11).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah), bersama Gubernur BI Agus Martowardojo (kedua kiri), dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo melihat Sharia Fair Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2017 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Ekonomi syariah dan industri halal diperkirakan akan terus berkembang ke depannya. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut Indonesia perlu melihat kunci sukses negara-negara lain dalam mengembangkan industri syariah. Dengan begitu Indonesia bisa mewujudkan cita-cita menjadi pusat ekonomi syariah global.

Urgensi perlunya menjadi pusat ekonomi keuangan dan syariah global, kata Perry, harus dipahami secara mendalam oleh masyarakat. Sehingga masyarakat bisa memastikan semua produk yang dikonsumsi atau dikenakan jelas kehalalannya.

Dia menyebut survei BI mengenai item yang harus dipastikan halal di setiap tubuh Muslimah sebanyak 25-37 item. Sedangkan di tubuh Muslim sebanyak 10-20 item.

Thailand ingin menjadi negara dengan produk-produk halal di dunia. Cina juga menjadi penyuplai terbesar produk fashion di negara-negara Timur Tengah. Australia menjadi penyuplai daging sapi halal. Selain itu, Korea Selatan dan Jepang juga mengembangkan pariwisata halal.

Menurut Perry, negara-negara tersebut memiliki empat kunci sukses yang patut ditiru. Pertama, keinginan politik yang kuat dan harus dirumuskan dalam program nasional. Kedua, perlu suatu lembaga/forum/badan untuk koordinasi berbagai program tersebut. "Selama ini, mohon maaf, masing-masing kerja sendiri. Meski ada banyak program, tapi kalau tidak terintegrasi agak sulit," ucapnya.

Kunci sukses ketiga, fokus kepada daya saing. Menurutnya, bidang yang harus dikembangkan untuk menjadi pusat ekonomi keuangan dan syariah yakni, kuliner halal, fashion, pariwisata, dan kosmetik.

Kunci sukses yang terakhir yakni gerakan massal atau kampanye massal. Kampanye terkait hal yang ingin dikembangkan adalah gaya hidup halal, tidak hanya masalah religi.

"Lifestyle itu akan menunjukan produk-produk halal akan mahal. Itu juga akan meng-created demand berbagai produk-produk yang dilakukan. Semoga kalau dilakukan bersama, kita yang ketinggalan ini bisa terkejar," imbuhnya.

Menurutnya, pemerintah telah menginisiasi agar bisa merealisasikan empat kunci sukses tersebut. Salah satunya melalui pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). Bank Indonesia juga berupaya mendetailkan program-program instansi agar bisa disatukan. Kemudian bisa diintegrasikan menjadi program nasional.

Di sisi lain, strategi yang dibutuhkan untuk mengembanhkan ekonomi keuangan dan syariah memiliki tiga pilar. Pilar pertama, pengembangan ekonomi syariah. Caranya dengan menciptakan banyak permintaan. Bank Indonesia telah mengembangkan pesantren sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah.

Pilar kedua, memperbesar bank dan memperbanyak produk atau memperdalam pasar keuangan syariah. Serta pilar ketiga, edukasi, kampanye, dan sosialisasi. "Misalnya, ada kurikulum di pesantren untuk ekonomi dan keuangan syariah. Kami sudah sosialisasi tinggal masalah modulnya. Ada juga, mari kampanye bersama menggiatkan menyadarkan memperkuat pola hidup halal. Enggak kece lah kalau enggak hidup halal," ujar Perry.

Sebagai regulator, BI juga berupaya melakukan akselerasi, koordinasi dan sinergi untuk mengembangkan ekonomi syariah. Salah satunya dengan menggelar program ekonomi dan keuangan syariah seperti Indonesia Sharia Expo and Festival (ISEF).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement