REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar pelatihan produk pemasaran melalui e-commerce bersama Co-Founder sekaligus CFO Bukalapak, M. Fajrin Rasyid. CFO Bukalapak M. Fajrin Rasyid mengatakan, saat ini jumlah pelapak (orang berjualan) di Bukalapak telah mencapai 1,2 juta UMKM dengan jumlah transaksi per bulan mencapai Rp 1 triliun.
Fajrin memprediksi dalam 10 tahun ke depan pertumbuhan pasar e-commerce akan tumbuh sangat pesat di Indonesia. Oleh sebab itu, Fajrin mendorong para pelaku UMKM yang ada di Indonesia harus memanfaatkan peluang yang ada meningkatkan daya saing produk lokal.
"Hal yang penting lainnya adalah dengan tetap menjaga reputasi penjual, mengingat setiap pembeli akan memberikan penilaian terhadap produk yang dijual," kata Fajrin.
Lebih dari 250 pelaku usaha dan UMKM yang berasal dari binaan Bank Indonesia, Perbankan, Dinas/Instansi terkait, komunitas tangan di atas (TDA), maupun akademisi dari berbagai universitas dan sekolah tinggi baik dosen maupun mahasiswa hadir pada kegiatan dimaksud. Seluruh peserta pelatihan terlihat sangat antusias sepanjang mengikuti kegiatan. Banyak ilmu baru yang bermanfaat diperoleh dalam melakukan pemasaran produk umkm secara online, salah satunya dengan melakukan pengemasan produk yang menarik, dengan tetap menjaga kualitas produk.
Kepala Kantor BI NTB Prijono mengatakan, pelatihan ini diharapkan mendorong perluasan pasar produk UMKM dan peningkatan transaksi non-tunai dalam berbelanja. Prijono menyampaikan, saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 132 juta pengguna atau lebih dari 51 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara pengguna aktif ponsel mencapai 92 juta orang dengan rata-rata setiap hari orang menggunakan ponsel selama 4 jam.
"Tingginya penggunaan ponsel serta akses internet tentunya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dalam rangka peningkatan skala ekonomi khususnya para pelaku UMKM," ujar Prijono di Mataram.
Peluang tersebut juga didukung dengan kondisi saat ini, di mana hampir semua pelaku UMKM memiliki smartphone berbasis android. Hal ini tentunya dapat dimanfaatkan untuk berjualan secara online melalui berbagai market place yang telah tersedia.
Menurut Prijono, dengan penjualan secara online diharapkan produk UMKM dari NTB dapat diakses masyarakat, tidak hanya di wilayah NTB, melainkan juga di seluruh Indonesia.