Kamis 02 Nov 2017 17:11 WIB

BI: Hingga Akhir Tahun Kredit Perbankan Tumbuh 8-10 Persen

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) tetap memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2017 di kisaran 8-10 persen (yoy). Awalnya, BI memperoyeksikan pertumbuhan kredit di kisaran 10-12 persen, kemudian dikoreksi menjadi 8-10 persen.

Hal itu dinyatakan Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengomentari pemberitaan mengenai pemangkasan proyeksi pertumbuhan kredit BI menjadi 7-9 persen.

"Nah mungkin yang disampaikan Bu Fili [Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Filianingsih Hendarta] ada kemungkinan even 8 persen sampai 10 persen tidak tercapai kalau secara year to date (ytd) masih di bawah 3 persen. Tapi belum secara resmi mengubah proyeksi 8 persen sampai 10 persen. Masih di situ, ada kecenderungan mungkin tidak seperti yang kita harapkan untuk di bulan Oktober," kata Agus kepada wartawan seusai memberikan sambutan dalam acara seminar internasional mengenai peran bank sentral dalam kebijakan makroprudensial, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (2/11).

Agus membenarkan kemungkinan pertumbuhan kredit pada Oktober 2017 tidak akan tinggi. Menurutnya, jika pertumbuhan kredit belum mencapai dua digit itu lebih dikarenakan adanya konsolidasi di korporasi perusahaan dan di perbankan masih berlanjut. Faktor lainnya, permintaan dari perusahaan untuk kredit masih rendah. Selain itu, perbankan masih melihat ada portofolio kredit bermasalah (NPL) yang perlu disehatkan.

"Kami menyambut baik bahwa NPL itu sudah kembali gross di bawah 3 persen. Tetapi loan at risk masih cukup tinggi," imbuh Agus.

Karenanya, Bank Indonesia bisa memahami jika perbankan masih memberi perhatian pada upaya penyehatan dari protofolio kreditnya. Hal itu membuat perbankan berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya. "Sehingga faktor demand agak rendah dan juga faktor perbankan masih ingin hati-hati menjadikan pertumbuhan kredit agak lebih rendah," jelasnya.

Agus menyebutkan, sektor yang sudah tumbuh lebih baik yakni komoditas. Sektor konstruksi juga terlihat lebih baik. Selain itu, sektor makanan, minuman dan tekstil juga terlihat sudah banyak membaik.

"Tetapi secara umum kami Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur terakhir melihat stabilitas sistem keuangan terjaga, financial system stability terjaga, dan kita sedang taraf pemulihan. Dan ini akan bagus karena di tahun 2018 kita mengarah ke pertumbuhan ekonomi 5,1 sampai 5,5 persen," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement