Rabu 01 Nov 2017 08:24 WIB

Krisis Teluk, IMF: Pertumbuhan Ekonomi Terancam

Rep: Marniati/ Red: Elba Damhuri
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde saat konferensi internasional bertajuk Future of Asia's Finance: Financing For Development 2015 di Jakarta, Rabu (2/9).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde saat konferensi internasional bertajuk Future of Asia's Finance: Financing For Development 2015 di Jakarta, Rabu (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperingatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang di kawasan Teluk . Menurut IMF, ekonomi dapat melemah jika krisis diplomatik masih belum terselesaikan.

Dilansir dari Aljazirah, Rabu (1/11), lembaga keuangan global ini mengatakan keretakan hubungan antara negara negara-negara Arab dan Qatar memiliki dampak meski terbatas terhadap pertumbuhan saat ini. Qatar saat ini menghadapi blokade dari Arab Saudi cs yang berdampak pada erosi kepercayaan yang lebih luas dari investor.

"Keretakan yang berlarut-larut ini bisa memperlambat kemajuan menuju integrasi GCC dan mengurangi investasi dan pertumbuhan, serta meningkatkan biaya pendanaan di Qatar," Kata IMF dalam laporan Prospek Ekonomi Regionalnya.

Pada tanggal 5 Juni, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan doplomatik dengan Qatar dan memberlakukan embargo darat, laut dan udara. Mereka menuduh Qatar mendukung terorisme. Tuduhan ini dibantah oleh Qatar.

Akibat blokade tersebut, kegiatan bisnis dan keuangan pada awalnya terganggu, tidak hanya di Qatar tapi juga negara tetangganya.

Dalam laporannya, IMF mengatakan peringkat kredit diturunkan, meningkatkan suku bunga antarbank. Simpanan sektor swasta antar warga dan warga lainnya juga menurun.

Menurut laporan Moody's Investors Service, dari Juni sampai Juli tahun ini, diperkirakan 30 miliar dolar AS ditarik dari sistem perbankan Qatar. Moody's juga memperkirakan Qatar menggunakan cadangan sebesar 38,5 miliar dolar AS untuk mendukung perekonomiannya yang menghadapi masalah embargo.

Namun menurut IMF, situasi sejak saat itu stabil, pasar ekonomi dan keuangan Qatar disesuaikan dengan dampak keretakan diplomatik. Persediaan makanan dan impor lainnya dari Arab Saudi juga telah diisi ulang dengan pengiriman dari Turki, Iran dan tempat lain.

Menurut sebuah laporan oleh the Aegean Exporter's Association, dalam lebih dari empat bulan blokade, ekspor Turki ke Qatar juga melonjak hingga 90 persen menjadi 216 juta dolar AS. Bank sentral Qatar juga telah menyuntikkan likuiditas ke bank-bank, dan deposito sektor publik juga meningkat. Ekspor minyak dan gas utama Qatar belum terputus, termasuk sejumlah besar gas yang dipasok ke Oman dan UEA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement