REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bonus demografi global diperkirakan mencapai 9 miliar jiwa dinilai sebagai sebuah kondisi jangka panjang yang harus dipikirkan bersama oleh para pemimpin negara untuk memenuhi pangan.
"Dari perspektif Eropa, misalnya upaya yang dilakukan dengan mengecilkan piring makannya untuk memenuhi kebutuhan pangan di antara 9 miliar manusia pada 2050," kata menteri kesehatan (Menkes) Nila Moeloek dalam jumpa pers usai pembukaan Asia Pacific Food Forum 2017 (APFF), di Jakarta, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (30/10).
Sementara Kementerian Kesehatan sebagai pengambil kebijakan dari sektor pemerintah, ujarnya, menggalakkan pentingnya konten atau isi dari piring-piring sekitar 250 juta penduduknya. Perspektif kualitas pangan tersebut menjadi perhatian karena pemahaman masyarakat Indonesia terhadap pemilihan zat makanan yang baik serta bergizi seimbang masih terbatas.
Hal itu terbukti dengan masih ada kecenderungam terjadi defisiensi mikronutrien seperti kalsium, vitamin, dan mineral. Kemenkes menginisiasi dua competence forum dalam APFF terutama diskusi tentang mikronutrien karena sekarang ada bentuk baru defisiensi kurang vitamin serta mineral di tengah masyarakat. "Dari sisi ekonomi bisnis serta kemunculan bahan nutrisi herbal patut dibicarakan bersama oleh akademisi," ujarnya.
Hal kedua tentang kebermanfaatan forum diskusi pemangku kepentingan informal seperti APFF, yakni mempertemukan sudut pandang pemerintah, akademisi, dan pebisnis. Prioritasnya, kata Nila, terdapat riset pangan yang selama ini belum pernah diekspose dalam satu regional Asia Pasifik. "Sehingga diharapkan hasil riset dapat dimanfaatkan untuk intervensi anak agar makan sehat dan berbagi pengalaman antarnegara misalnya Korsel yang penduduknya banyak makanan tapi tak ada angka obesitas dan penyakit tak menular," ujarnya.
Nila melihat APFF yang pertama digelar di Indonesia ini mengungkap cara pencegahan penyakit melalui intervensi lain seperti sosial budaya. Sehingga budaya makan itu berubah mulai dari sektor pangan rumah tangga yang divisualisasikan sebagai bentuk program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) ke 34 provinsi di Indonesia.
Pendiri dan Presiden EAT Foundation Gunhild Stordalen memuji inisiatif Kemenkes RI untuk mengubah perilaku masyarakat agar lebih sehat. "Hal tersebut sejalan dengan misi kami sebagai think tank informal yang mendorong stakeholders berani membuat terobosan sistem pangan berdasarkan target SDGs (Sustainable Development Goals) sebagai terobosan intervensi sistem pangan agar target kesehatan tercapai," ujar Gunhild.