Ahad 29 Oct 2017 20:03 WIB

Tak Bisa Bandingkan Taksi Konvensional dan Daring

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Agung Sasongko
Rhenald Kasali
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Rhenald Kasali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali  menilai anggapan transportasi daring tengah bertarung dengan konvensional merupakan kekeliruan. "Ini itu merupakan pertarungan bisnis model. Yang satu hanya antarkan penumpang tapi yang satu juga memiliki alat pembayaran yang berbeda bahkan layanan yang variatif," kata Rhenald.

Untuk itu ia menegaskan tidak bisa membandingkan taksi daring seperti Gocar, Grabcar, dan Uber dengan Bluebird. Rhenald menilai keduanya memiliki struktur biaya dan industri yang berbeda.

 

"Coba saja kita lihat dari segi fisik. Kan kalau mobil untuk taksi daring kebanyakan milik sendiri. Sementara kalau yang konvensional pasti milik perusahaan sehingga bukan perperangan antara konvensional dan online, ini bisnis model yang berbeda," jelas Rhenald.

 

Sementara itu, jika ada yang mengatakan, adanya transportasi daring menciptakan lapangan kerja baru namun menurut Rhenald tidak ada peningkatan produksi mobil. Dulu saat taksi konvensional Express muncul, kata Rhenald, penjualan mobil dari Toyota naik begitu juga di Astra.

 

Sementara saat taksi daring muncul, Rhenald tak melihat adanya kenaikan produksi mobil yang pesat seperti munculnya taksi konvensional. "Sekarang, Grab dan lainnya masuk tapi Toyota dan Astra misalnya tidak mengalami kenaikan penjualan signifikan. Ini karena muncul dari rumah tangga," tutur Rhenald.

 

Untuk itu ia menilai, semua pengusaha harus mampu menerima adanya kemajuan karena ada persaingan bisnis dengan model yang berbeda.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement