Sabtu 28 Oct 2017 03:11 WIB

Badai Haervey dan Irma Hambat Pertumbuhan Ekonomi AS

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Rumah-rumah tampak hancur usai badai Irma di Florida, AS
Foto: AP
Rumah-rumah tampak hancur usai badai Irma di Florida, AS

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Pertumbuhan ekonomi AS diprediksi melambat pada kuartal tiga 2017 ini akibat serangan badai Haervey dan Irma. Bencana tersebut melemahkan daya beli masyarakat dan pengerjaan infrastruktur di tengah momem pemulihan investasi swasta.

Berdasarkan survei Reuters, Jumat (27/10), produk domestik bruto (DGP) AS diprediksi naik 2,5 persen secara tahunan pada kuartal tiga tahun ini setelah para kuartal dua sempat mencapai 3,1 persen. Departemen Perdagangan AS sendiri baru akan mempublikasikan pertumbuhan GDP pada Jumat (27/10) waktu setempat.

Bila tidak terjadi bencana, para ekonom memprediksi pertumbuhan GDP AS bisa lebih tinggi dari kuarta dua atau setidaknya sama. ''Bencana akan berpengaruh sementara. Yang riil adalah pasca itu, seberapa kuat pertumbuhan GDP akan berlangsung,'' kata Kepala Ekonom Bank of the West, San Francisco, Scott Anderson.

Pada ekonom memprediksi yang menerjang Texas dan Florida dapat mereduksi tingkat pertumbuhan 100 basis poin. Di sisi lain, bursa tenaga kerja, penjualan ritel, dan data produksi industri mulai membaik. Meski begitu, data pertumbuhan yang akan diumumkan pemerintah AS nampaknya tidak akan memengaruhi kebijakan moneter.

Gubernur The Federal Reserve Janet Yellen sendiri bulan lalu sudah menegaskan akan kemungkinan melambatnya ekonomi di kuartal tiga 2017 akibat serangan dua badai itu. The Fed berharap bisa menaikkan suku bunga di akhir Desember mendatang.

Pemulihan ekonomi AS pasca resesi 2007-2009 nampak mengalami stagnansi. Ekonomi dikuatkan membaiknya penyerapan tenaga kerja yang dimulai sejak mantan Presiden Barack Obama memimpin di periode pertama.

Meski pasar modal AS menunjukkan peningkatan sebagai antisipasi reformasi pajak, AS nampaknya bellum akan mengambil kebijakan yang cukup signifikan. Presiden Donald Trump ingin pajak direlaksasi dan GDP distimulus dengan sejumlah regulasi agar pertumbuhannya dapat mencapai tiga persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement