Jumat 27 Oct 2017 02:17 WIB

Ini Usul ASDP untuk Turunkan Biaya Logistik Antarpulau

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
Aktivitas bongkarmuat kendaraan di dermaga Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (10/10). Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dari Bali menuju Banyuwangi bila Gunung Agung meletus, PT ASDP Ketapang telah menyiapkan 52 kapal ferry dan membuat posko tanggap darurat di beberapa titik.
Foto: Budi Candra Setia/Antara
Aktivitas bongkarmuat kendaraan di dermaga Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (10/10). Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dari Bali menuju Banyuwangi bila Gunung Agung meletus, PT ASDP Ketapang telah menyiapkan 52 kapal ferry dan membuat posko tanggap darurat di beberapa titik.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry mengusulkan adanya konsep Coastal Ferry untuk memaksimalkan koneltivitas truk logistik antarpulau. Hal itu terutama juga upaya untuk menurunkan biaya logistik antarpulau dan mengurangi truk yang melintas di jalan nasional seperti Pantura.

Direktur Utama ASDP Indonesia Ferry Faik Fahmi mengatakan saat ini ada sekitar satu juta truk per tahun yang melintasi Pantura dengan kapasitas berlebih sehingga menimbulkan kerusakan jalan. "Secara finansial ada peningkatan pengeluaran untuk perbaikan jalan sampai satu triliun rupiah pertahunnya," kata Faik di Akmani Hotel, Kamis (26/10).

Dia mengatakan dengan adanya peningkatan truk yang kelebihan berat itu menimbulkan kemacetan dan meningkatkan konsumsi bahan bakar mintak (BBM). Tak heran, kata Faik, banyak produk pertanian yang tingka kerusakannya mencapai 70 persen karena proses logistik yang bermasalah.

Untuk mengurai persoalan truk logistik terutama di Jalan Panturan tersebut, Faik menyarankan konsep tersebut bisa diterapkan pada Kapal roll on roll off (Ro-ro). "Kapasitasnya Coastal Ferry bisa mengangkut 200 truk sehingga ini di beberapa negara bisa menjai salah satu tumpuan dari sisi pengelolaan moda transportasi," ujar Faik.

Dia menilai, penerapan konsep Coastal Ferry seperti di Turki bisa sangat positif karena mengurangi jarak tempuh, penggunaan BBM, dan terutama kemacetan di jalan nasional karena banyaknya truk logistik. Hanya saja, kata Faik, yang menjadi persoalan saat ini Indonesia belum memiliki kapal yang sesuai untuk angkutan logistik.

Selain kapal yang sesuai untuk angkutan logistik, Faik mengatakan faktor kunci untuk kesuksesan dalam implementasi Coastal Ferry yaitu dukungan regulasi. "Untuk dukungan regulasi dalam landasan operasional bisa dilihat dari regulasi jembatan timbang dan batas muatan sumbu terberat," tutur Faik.

Dia menambahkan, teknis operasional untuk menunjang kepastian layanan juga diperlukan hingga penerapan teknologi untuk meningkatkan visibilitas logistik. Tak hanya itu, menurutnya komitmen dari semua pihak terkait untuk mendukung program Coastal Ferry juga dibutuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement