Rabu 25 Oct 2017 02:28 WIB

Antam Dapat Tambahan Ekspor Nikel Ore 1,25 Juta Ton

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Aktivitas pertambangan nikel.
Foto: republika
Aktivitas pertambangan nikel.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Aneka Tambang (Antam) mendapatkan izin ekspor nikel ore sebesar 1,25 juta ton. Penambahan ekspor nikel ore ini sejalan dengan pembangunan pabrik smelter Antam di Halmahera Timur, Maluku Utara.

Direktur Utama PT Antam, Arie Prabowo Ariotedjo, menjelaskan surat rekomendasi ekspor nikel ore tersebut sudah keluar dari pihak Direktorat Jendral Mineral dan Batubara. Namun, saat ini surat tersebut belum sampai ke tangan Antam menunggu izin dari Kementerian Perdagangan.

"Dikit kok 1,25 juta ton. Kaitannya dengan pabrik smelter kita di Halmahera Timur. Jadi kita tambahan untuk itu," ujar Arie di Gedung Parlemen, Selasa (24/10).

Arie menjelaskan tambahan izin ekspor tersebut rencananya akan dipasarkan oleh Antam ke negeri Tirai Bambu. Arie mengatakan permintaan dari pasar Cina hingga saat ini masih tinggi dan bisa menambah produktivitas Antam. "Demand-nya lagi bagus. Harganya juga lagi tinggi. Kita pasar di sana," ujar Arie.

Rencananya tambahan izin ekspor ini baru akan dilakukan oleh Antam pada Januari tahun depan. Sampai akhir tahun ini, Antam masih akan menghabiskan izin ekspor sebelumnya sebesar 2,7 juta ton. "Sampai september 2017 ini sudah 1,9 juta ton," ujar Arie.

Arie menjelaskan untuk progres pembangunan smelter di Halmahera Timur tersebut akan berlangsung hingga dua tahun ke depan. Arie menargetkan pabrik tersebut akan mulai beroperasi pada kuartal dua tahun 2019 nanti.

Total kapasitas dari pabrik feronikel tersebut, kata Arie, baru akan memproduksi 13.500 ton feronikel. Dalam progres dua tahun tersebut rencananya Antam baru akan menyelesaikan satu line dari target dua line dari pabrik tersebut. "Kuartal dua kuartal tiga 2019 mendatang semoga bisa segera commercial onstream," ujar Arie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement