REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dinilai berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Pasalnya, share sektor itu terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) cukup besar mencapai 60 persen.
"Ekonomi Indonesia basisnya UMKM. Maka kalau kita gerakkan sangat potensial," ujar Direktur Eksekutif CORE Hendri Saparini dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Republika.co.id bersama BTPN Syariah, di Bandung, Kamis, (19/10).
Menurutnya, tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) bukanlah penghalang untuk mengembangkan UMKM. "Orang bilang tenaga kerja jadi masalah karena pendidikannya rendah. Nggak apa-apa walau lulusan SD atau SMP asalkan bisa bikin kue atau pempek enak sekali. Jadi bukan pada pendidikannya tapi keterampilannya," tegas Hendri.
Lebih lanjut, ia menuturkan, pembiayaan ke UMKM harus difokuskan. Hal itu karena UMKM selalu ada dan tidak pernah ada matinya.
Namun Hendri mengungkapkan, 80 persen pelaku UMKM sekarang masih menggunakan biaya sendiri. "Kalau anaknya sakit bagaimana? Masa tidak produksi lagi? Maka ini perlu didorong agar bisa bergerak lagi," jelasnya.
Dirinya mengakui, memang banyak tantangan yang harus dihadapi dalam membiayai UMKM. Hal itu karena, beberapa pelaku UMKM masih enggan meminjam dana dari bank.
Apalagi, kata dia, program pemerintah Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga tidak cukup membiayai UMKM di seluruh Indonesia. "Target penyaluran KUR Rp 106,2 miliar namun penyalurannya sampai September 2017 baru 65 persen atau Rp 69,7 triliun," ujar Hendri.
Ia menambahkan, per September realisasi penerima KUR sebanyak 3,1 juta. "Masih jauh dari target, belum semua terima pembiayaan," tutur Hendri.
Advertisement