REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore (19/10), bergerak menguat sebesar 27 poin menjadi Rp 13.486 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.513 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Dolar AS cenderung melemah terhadap mayoritas mata uang dunia dipicu data sektor perumahan Amerika Serikat yang pesimis," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa Departemen Perdagangan Amerika Serikat melaporkan jumlah rumah yang akan di bangun dan izin membangun bangunan pada September turun 4,7 persen, di bawah ekspektasi pasar.
Di sisi lain, kata dia, pelaku pasar juga masih cukup berhati-hati untuk masuk ke aset berdenominasi dolar AS seraya mencermati pengganti Ketua the Fed Janet Yellen. Kandidat yang dianggap "hawkish" terhadap suku bunga acuan Amerika Serikat dapat mendorong dolar AS kembali terapresiasi.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa ekspektasi pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia mengenai suku bunga acuan yang akan dipertahankan menjaga nilai tukar rupiah stabil dengan kecenderungan menguat.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia berlangsung pada 18-19 Oktober 2017, suku bunga saat ini di level 4,25 persen masih dianggap cukup positif menjaga pertumbuhan ekonomi nasional ke depannya," tuturnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada kamis (19/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.521 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.514 per dolar AS.