REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak melemah sebesar tujuh poin menjadi Rp 13.490 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.483 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (19/10) mengatakan bahwa mata uang dolar AS kembali mengalami apresiasi seiring dengan potensi kenaikan suku bunga The Fed cukup tinggi pada akhir tahun ini.
Di sisi lain, lanjut dia, program reformasi perpajakan Amerika Serikat juga kemungkinan besar akan dilaksanakan menyusul anggota senat Partai Republik mendapatkan dukungan untuk resolusi anggaran yang akan menentukan langkah pemerintahan Presiden AS Donald Trump dalam menentuka reformasi perpajakan.
"Sentimen eksternal itu menjadi penahan rupiah untuk bergerak di area positif," katanya.
Ia mengatakan bahwa salah satu sentimen yang menjadi perhatian pelaku pasar uang saat ini, yakni keputusan Bank Indonesia terhadap kebijakan suku bunga acuannya (BI 7-Day Repo Rate). Sedianya, Bank Indonesia melangsungkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Oktober 2017.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa secara umum mata uang dolar AS masih solid setelah adanya laporan Presiden AS Donald Trump mendukung ekonom Stanford John Taylor untuk menggantikan ketua Federal Reserve Janet Yellen tahun depan.
"Taylor dipandangn lebih hawkish dalam kebijakan suku bunga AS dibandingkan Yellen," katanya.