Selasa 10 Oct 2017 16:38 WIB

OPEC Minta AS Ikut Mengurangi Pasokan Minyak Global

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Sebuah mesin berat memompa minyak mentah dari ladang minyak di Lubbock, Texas (ilustrasi)
Foto: En.wikipedia.org
Sebuah mesin berat memompa minyak mentah dari ladang minyak di Lubbock, Texas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sekretaris Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Mohammed Barkindo meminta produsen minyak Amerika Serikat (AS) untuk membantu mengurangi pasokan minyak global. Hal ini untuk menstabilkan harga minyak dalam jangka menengah sampai jangka panjang.

"Kami mendesak teman-teman kami di Amerika Utara untuk dengan serius melakukannya sebagai kunci untuk mengatasi siklus saat ini," ujar Barkindo dilansir Reuters, Selasa (10/10).

Barkindo mengatakan, pada saat ini OPEC dan produsen independen AS sepakat untuk bekerja sama dalam menjaga stabilitas harga minyak. Sebab, negara-negara anggota OPEC maupun non OPEC terdampak oleh jatuhnya harga minyak dalam beberapa tahun terakhir.

Penurunan harga minyak ini mendorong OPEC untuk menyetujui adanya pemangkasan produksi pada akhir tahun lalu. "Kita perlu melanjutkan tindakan ini," kata Barkindo.

Negara anggota OPEC dan beberapa produsen lainnya, termasuk Rusia telah mengurangi pasokan pada tahun ini sebagai upaya untuk menstabilkan harga. Produksi minyak di AS telah melonjak 10 persen pada tahun ini, dan sebagian besar didorong oleh pengeboran shale oil.

Pekan ini, Arab Saudi sepakat memotong aloksi minyak mentah untuk November 2017 sebesar 560 ribu barel per hari. Hal tersebut sejalan dengan komitmen kerajaan Arab Saudi terhadap pakta pengurangan pasokan minyak.

"Dalam empat bulan terakhir, kita telah melihat adanya destocking hingga mencapai 130 juta barel per hari," kata Barkindo.

Pertumuan permintaan minyak dunia pada 2017 diperkirakan mencapai 1,45 juta barel per hari. Permintaan pada 2018 diperkirakan juga masih dikisaran angka yang sama.

Menurut Barkindo, India memiliki permintaan minyak global yang diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 9 persen pada 2040, naik 4 persen dari sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement