Senin 02 Oct 2017 09:41 WIB

Boeing-Bombardier Berselisih, Inggris Siap Jadi Penengah

Rep: Ahmad Fikri Noor/Rahayu Sukbekti/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi penerbangan
Ilustrasi penerbangan

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Inggris tengah berada di tengah-tengah masalah perdagangan antara produsen pesawat Boeing dan Bombardier. Pemerintah Inggris pun akan membela diri untuk menyelamatkan ribuan pekerja di Irlandia Utara.

Menteri Perdagangan Inggris Liam Fox mengaku akan mencari pemecahan masalah. Ini karena Amerika Serikat pekan lalu merespons protes dari Boeing dengan memaksakan 220 persen pekerjaan jet seri C Bombardier yang komponen sayapnya dibuat di Belfast, Irlandia Utara.

"Kami akan berjuang dari sisi kami. Kami berada di tengah-tengah perselisihan yang lebih besar," ujar Fox seperti dikutip dari Reuters, Ahad (1/10).

Pajak yang akan diterapkan apabila AS membela Boeing, telah memberikan pukulan telak untuk proyek perusahaan dirgantara asal Kanada tersebut. Tak hanya itu, Irlandia Utara pun terkena imbasnya. Bombardier merupakan manufaktur terpenting dan menjadi penopang utama ekonomi di Belfast.

Menteri asal Irlandia Utara James Brokenshire mendukung pernyataan Perdana Menteri Inggris Theresa May yang tidak melakukan langkah sesuai harapan pemerintah Inggris. Hal ini pun bisa mempengaruhi kerja sama pertahanan jangka panjang yang tengah dijalin.

May dan beberapa menteri senior lainnya telah mengajukan banyak kritik pada Boeing. "Saya katakan kepada Boeing masalah ini tidak bisa dibenarkan dan tidak berdasar. Mereka harus segera menyelesaikan masalah di belakang meja untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin," ujar Brokenshire.

Perusahaan dirgantara terbesar di dunia itu beralasan saat ini tengah menegakkan peraturan perdagangan dan tidak akan merusakan proyek pesawat seri C Bombardier. Meski begitu, Boeing menuduh Kanada dan Inggris telah mensubsidi Bombardier dan bahkan membuang produknya di pasar pesawat terbang Amerika Serikat secara ilegal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement