REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (28/9) sore, bergerak melemah 101 poin menjadi Rp 13.546 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.445 per dolar AS.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta Kamis mengatakan bahwa faktor eksternal, terutama dari Amerika Serikat menjadi faktor utama nilai tukar rupiah mengalami depresiasi cukup dalam. "Ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) pada Desember tahun ini membuat aset berdenominasi dalam bentuk dolar AS meningkat, sehingga menguatkan mata uang dolar AS," ujarnya.
Kendati demikian, lanjut dia, depresiasi rupiah terhadap dolar AS hari ini (Kamis, 28/9) dinilai masih wajar. Apalagi, Bank Indonesia juga berada di pasar untuk menjaga fluktuasi rupiah sesuai dengan fundamentalnya.
"Pelaku usaha juga kemungkinan tidak terlalu terganggu pelemahan rupiah, karena masih dalam kisaran yang acceptable," kataya.
Di sisi lain, lanjut dia, depresiasi rupiah itu juga tidak sendiri, mata uang utama dunia juga mengalami tekanan terhadap dolar AS. Salah saunya yen Jepang yang melemah sekitar 0,60 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa sentimen mengenai kebijakan fiskal Presiden AS Donald Trump yakni memotong pajak perusahaan turut memicu permintaan dolar AS meningkat. "Kebijakan fiskal itu dinilai akan mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat lebih pesat," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini (28/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.464 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.384 per dolar AS.