Senin 25 Sep 2017 18:55 WIB

Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi Terkendala Pembebasan Lahan

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Sejumlah pengendara mobil melintasi ruas jalan tol Solo-Ngawi di Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, 19 Juni 2017. Pada H-6 Lebaran, PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) mulai membuka jalan fungsional tol Solo-Ngawi sepanjang 64 kilometer sebagai jalur alternatif mudik Lebaran 2017 guna mengurai kemacetan di jalan utama.
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah pengendara mobil melintasi ruas jalan tol Solo-Ngawi di Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, 19 Juni 2017. Pada H-6 Lebaran, PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) mulai membuka jalan fungsional tol Solo-Ngawi sepanjang 64 kilometer sebagai jalur alternatif mudik Lebaran 2017 guna mengurai kemacetan di jalan utama.

REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA -- Proses pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi saat ini sudah mencapai 75 persen. Pembangunan jalan tol tersebut terkendala proses pembebasan lahan.

"Memang masih ada kendala di pembebasan lahan, khususnya untuk yang overpass-overpass. Itu dulu ada tambahan lahan, sampai sekarang belum selesai, masih proses," ujar Direktur Utama PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) David Wijayanto selaku operator Jalan Tol Solo-Ngawi di Gerbang Tol Salatiga, Salatiga, Jawa Tengah, Senin (25/9).

Menurut David, saat ini masih ada sekitar 1.000 bidang lahan yang belum dibebaskan. Khusus untuk overpass-nya saja, kurang lebih mencapai sekitar 45 hektar. Untuk jalan utama, sudah tak terkendala pembebasan lahan.

"Mainroad, alhamdulillah, sudah, walaupun ada beberapa lokasi yang kami sewa. Jadi, kami sewa dulu sebelum proses administrasi selesai. Karena kami harus buru-buru (membereskan proyek ini)," kata dia.

David mengatakan lahan seluas 45 hektare yang belum terbebaskan itu termasuk hampir semua seksi. Mulai dari Kabupaten Boyolali, Karanganyar, Sragen, hingga ke Ngawi. Target waktu selesai pembebasan lahan yang semulanya diprediksi pada akhir September dan Oktober, menurut dia, sepertinya tak terkejar.

"Mestinya (selesai) di akhir September untuk yang Sragen, dan Ngawi itu harusnya Oktober. Tapi nyatanya sampai sekarang belum. Sepertinya tidak akan selesai," jelas David.

Menurut David, kesulitan yang dihadapi dalam pembebasan lahan tersebut bukan karena dana, melainkan memang prosesnya saja yang membutuhkan waktu. Untuk dana, dia menjelaskan, pihaknya menggunakan dana talangan mereka sendiri.

"Dananya tidak sulit karena ada dana talangan dari kami. Ini karena kan tidak berbarengan dengan proses yang awal dulu, ini kan tambahan. Di Jawa Timur, Ngawi, itu baru dimulai bulan Mei, sehingga memang butuh waktu," terang dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement