REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energi Tbk mencatatkan laba inti pada semester pertama 2017 naik sebesar 76 persen. Direktur Utama PT Adaro Energi Tbk, Garibaldi Thohir menjelaskan Adaro menjaga likuiditas yang kuat dengan kas sebesar 1.236 juta dolar AS dan fasilitas yang belum dipakai sebesar 80 juta dolar AS.
Boy sapaan Garibaldi menjelaskan harga jual rata-rata naik 42 persen dari periode yang sama tahun lalu akibat membaiknya fundamental pasar batu bara dengan dukungan penguatan harga batu bara global yang menyebabkan kenaikan harga jual rata-rata bagi Adaro Energi. Hal ini menghasilkan kenaikan pendapatan sebesr 32 persen menjadi 1.549 juta dolar AS.
"Kami terus berfokus pada keunggulan operasional dan efisiensi biaya di ketiga pilar pertumbuhan perusahaan dalam rangka menyeimbangkan karakteristik batubara yang siklikal. Sebagai hasilnya, kami memiliki posisi keuangan yang semakin kuat dan tetap bertahan di jalur yang tepat untuk menghasilkan laba fundamental yang solid dalam jangka waktu yang lebih panjang demi Adaro Energy yang lebih kokoh dan lebih berdaya saing”. ujar Boy Thohir, Senin (28/8).
Divisi pertambangan dan perdagangan batu bara AE menyumbangkan 93 persen dari total pendapatan usaha perusahaan. Pada semester pertama ini produksi batu bara Adaro mencapai 25,13 Mt sementara penjualan batu baranya mencapai 25,27 Mt.
Beban pokok pendapatan naik 16 persen year on year menjadi 1.016 juta dolar AS yang terutama disebabkan oleh kenaikan biaya penambangan karena meningkatnya harga bahan bakar minyak dan pembayaran royalti akibat kenaikan harga jual rata-rata.
Sedangkan rasio utang bersih Adaro Energi terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir sebesar 0,14x dan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0,04x. Sedangkan total aset naik 9 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi 6.568 juta AS. Aset lancar naik 40 persen menjadi 1.770 juta dolar AS, terutama karena kenaikan saldo kas.
Aset nonlancar sedikit meningkat atau naik 1 persen menjadi 4.798 juta dolar AS. Boy juga menjelaskan Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah RI naik 36 persen menjadi 161 juta dolar AS akibat kenaikan pendapatan usaha dari penjualan batu bara yang disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata.
Boy menjelaskan Adaro terus mengurangi utang bank jangka panjang dengan melakukan pembayaran secara berkala, sehingga menurunkan utang bank jangka panjang sebesar 9 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi 1.303 juta dolar AS. Selama periode ini, pembayaran utang bank oleh AE mencapai 64 juta dolar AS sehingga utang bersih berkurang 78 persen menjadi 157 juta dolar AS dengan adanya arus kas masuk yang kuat.
AE mempertahankan likuiditas yang baik sebesar 1.316 juta dolar AS, yang terdiri dari 1.236 juta dolar AS dalam bentuk kas dan 80 juta dolar AS dalam bentuk fasilitas pinjaman yang belum dipakai. Jadwal pembayaran utang rata-rata dari tahun 2017 sampai 2019 berada pada level yang terkendali, sekitar A166 juta dolar AS per tahun.