Senin 28 Aug 2017 11:43 WIB

Bisa Berhemat Plus Jaga Kualitas Kue dengan Gunakan Gas Bumi

Sumiatun, pemilik usaha kue Kreasi Fitri di daerah Rungkut Lor Surabaya.
Foto: pgn
Sumiatun, pemilik usaha kue Kreasi Fitri di daerah Rungkut Lor Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID,⁠⁠⁠ SURABAYA -- Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) terus memperluas jaringan gas bumi di berbagai daerah, sehingga manfaat bahan bakar gas bumi semakin banyak dinikmati masyarakat. Salah satunya seperti pengusaha kue skala Mikto Kecil dan Menengah (UMKM) di Surabaya, Jawa Timur.

Sumiatun, pemilik usaha kue Kreasi Fitri di daerah Rungkut Lor Surabaya, adalah salah satu pengusaha skala kecil yang merasakan manfaat penggunaan gas bumi PGN dalam membantu proses produksi kue yang menjadi mata pencaharian utamanya.

Ia mengaku bisa banyak berhemat untuk keperluan memasak kue serta bisa menggunakan gas untuk memasak secara kontinyu tanpa kuatir kehabisan ketika sedang proses memasak kue.

"Manfaat bahan bakar gas bumi ini memang besar buat saya, karena bisa dibilang tiap hari produksi. Baik kue basah maupun kue kering," ujar Sumiatun, Senin (28/8).

Dalam sehari ia bisa memproduksi ratusan hingga ribuan kue basah. Kue-kue bikinannya saat ini sudah terbesar hingga ke luar kota seperti Gresik dan Sidoarjo. Beberapa juga masuk ke jaringan supermarket dan toko oleh-oleh di Surabaya.

Sumiatun mengaku, kebutuhan bahan bakar memang menjadi salah satu komponen utama dalam biaya produksinya. Hal ini dikarenakan banyaknya jenis serta kuantitas kue yang diproduksinya tiap hari.

"Contoh misalnya untuk Kue Bikang saja, dalam satu malam saya biasa memproduksi hingga 500 buah. Belum lagi kue kering seperti Ceriping dan Stick Keju yang dalam satu hari masing-masing bisa berproduksi sampai 15 kg,” paparnya.

Melihat banyaknya jenis kue yang diproduksi, tentu saja energi untuk bahan bakar yang dibutuhkan sangat besar. Sumiatun, yang dikalangan tetangganya akrab disapa Bu Pri ini mengatakan, ketika mengawali usahanya ia mengandalkan gas LPG 3 kg untuk berproduksi. Saat masih menggunakan tabung LPG 3kg, minimal dalam satu minggu ia harus 2 kali mengganti tabung. Sehingga rata-rata dalam satu bulan ia membutuhkan 8 hingga 10 tabung LPG 3 kg.

Dengan harga per tabungnya Rp 17 ribu rata-rata dalam satu bulan ia menghabiskan Rp 136 ribu– Rp 170 ribu. Namun sejak beralih menggunakan gas bumi dari PGN, biaya yang ia keluarkan untuk energi terpangkas hampir separuhnya, hanya sekitar Rp 70 ribu hingga Rp 90 ribu saja per bulan.

Hal ini dirasakan Sumiatun sangat meringankan. Apalagi ketika bahan-bahan kue seperti tepung atau telur sedang melonjak, setidaknya ia masih bisa berhemat dari biaya penggunaan energi. "Kalau di jual mahal-mahal kan kasihan. Untuk kue-kue basah yang ambil kesini umumnya mereka kan kulak untuk kemudian di jual lagi ke warung-warung," ujarnya.

Ibu tiga anak ini menuturkan, selain karena lebih hemat, menggunakan gas PGN ini juga dirasakan lebih aman. "Kalau pakai LPG sebenarnya saya masih takut kalau dengar berita ada yang meledak-meledak itu," ujarnya.

Belum lagi ada resiko gas habis ketika digunakan. "Misalnya pernah ketika kami terima pesanan membuat kue Risol Mayo, lalu tiba-tiba gas LPG-nya habis. Akhirnya kue yang sedang digoreng jadi rusak karena apinya terhenti . Sementara kalau pakai gas PGN kan lancar terus tidak sampai (kompornya) mati kehabisan (gas)," tutur perempuan 52 tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement