Kamis 24 Aug 2017 17:18 WIB

Protes Penyegelan, Petani Hadang Truk Tebu dan Bagikan Gula Gratis

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nidia Zuraya
Para petani tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar mengadang truk pengangkut tebu dan membagikan gula kepada warga secara gratis di depan pintu masuk Pabrik Gula Sindanglaut, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Kamis (24/8).
Foto: APTRI Jabar
Para petani tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar mengadang truk pengangkut tebu dan membagikan gula kepada warga secara gratis di depan pintu masuk Pabrik Gula Sindanglaut, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Kamis (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Penyegelan yang dilakukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) terhadap ribuan ton gula milik petani tebu di Kabupaten Cirebon, menuai protes. Apalagi, gula yang disegel itu rencananya akan dibeli oleh Bulog dengan harga dibawah harga eceran tertinggi (HET).

Aksi protes dilakukan para petani tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Kamis (24/8). Dalam aksinya, mereka menghentikan laju truk-truk pengangkut tebu yang baru datang dari areal lahan tebu menuju Pabrik Gula (PG) Sindanglaut, di Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon.

Truk-truk itu dihentikan di depan pintu masuk PG Sindanglaut. Ada sekitar 25 unit truk pengangkut tebu yang dihentikan selama satu jam, mulai pukul 09.30 – 10.30 WIB. Aksi tersebut sempat membuat arus lalu lintas di sekitar PG Sindanglaut mengalami kemacetan.

Tak hanya itu, massa juga membagi-bagikan gula sebanyak dua karung atau dua kuintal. Gula tersebut dibagikan menggunakan kemasan plastik bening berukuran setengah kilogram. Warga pun menerima pembagian itu dengan antusias.

''Kami membagi-bagikan gula ini untuk menunjukkan bahwa gula petani layak konsumsi. Ini adalah antitesis dari Kemendag yang menyatakan bahwa gula petani tidak layak konsumsi,'' tegas korlap yang juga Wakil Ketua DPD APTRI Jabar, Mae Azhar.

Sambil melakukan aksi tersebut, massa terus menyuarakan aspirasi mereka dengan berorasi. Dalam orasinya, massa memprotes penyegelan gula petani yang ada di dua pabrik gula, yakni PG Sindanglaut dan PG Tersana Baru, oleh Kemendag, dengan alasan tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Padahal, saat ini nasib petani tebu sedang terpuruk. Pasalnya, gula mereka dalam tiga bulan terakhir ini tidak ada yang mau membeli dengan alasan adanya PPN 10 persen untuk gula tebu. Setelah penyegelan itu, Bulog menyatakan siap membeli gula petani dengan harga Rp 9.700 per kg atau dibawah HET yang mencapai Rp 12.500 per kg.

''Kami melakukan aksi ini juga untuk menolak harga Rp 9.700 yang ditawarkan Bulog untuk membeli gula petani,'' kata Mae.

Tak hanya soal penyegelan dan rendahnya harga, lanjut Mae, para petani tebu juga meminta agar pemerintah menghapuskan PPN 10 persen untuk gula tebu. Pasalnya, pajak itu sangat memberatkan para petani tebu.

Mae berharap, pemerintah juga menaikkan HET gula dari Rp 12.500 per kg menjadi Rp 14 ribu per kg. Selain itu, para petani tebu pun mendesak agar Kementerian BUMN segera melakukan revitalisasi pabrik gula yang sudah beroperasi sejak zaman Belanda.

''Kami juga minta pemerintah segera hentikan impor gula karena sangat merugikan para petani tebu,'' tegas Mae.

Mae mengaku kecewa dengan pemerintahan Presiden Jokowi yang tidak pro pada nasib petani tebu. Karena itu, para petani tebu dari Jabar akan bergabung dengan petani tebu dari daerah lain di Indonesia untuk berunjuk rasa ke Istana Negara pada 28 Agustus 2017 mendatang.

''Dari Cirebon akan mengirimkan seribu orang petani tebu ke Jakarta,'' terang Mae.

Salah seorang petani tebu, Soleh, mengaku kecewa dengan kondisi yang menimpa petani tebu saat ini. Dia sangat berharap agar pemerintah membantu nasib petani tebu yang sedang terpuruk.

''Tolong bantu petani tebu,'' tandas Soleh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement