REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE -- Provinsi Aceh telah memasuki panen musim gadu, salah satunya di Kabupaten Pidie yang merupakan salah satu sentra padi. Gadu merupakan padi yang ditanam setelah periode tanam utama.
Kementerian Pertanian (Kementan) pun mengajak petani setempat untuk mengikuti program asuransi pertanian. "Petani cukup membayar premi sebesar Rp 36 ribu per hektare dari total premi Rp 180 ribu per hektare lahan setiap musim tanam. Sisa nilai premi asuransi sebesar Rp 144 ribu disubsidi oleh pemerintah," ujar Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan Kementan, Mukti Sardjono, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (16/8).
Kemarin, Mukti ikut serta dalam Gerakan Panen dan Percepatan Tanam Padi yang dilaksanakan di Gampong Tangkueng, Kecamatan Sakti, Pidie. Dalam kesempatan itu, dia menyebut apabila mengikuti asuransi pertanian, maka petani akan mendapat klaim asuransi Rp 6 juta per hektare jika terjadi bencana alam seperti kekeringan dan kebanjiran.
Dalam kegiatan ini, lahan yang dipanen dengan luas baku sawah 29.779 hektare. Untuk musim tanam 2016-2017, telah tertanam 47.467 hektare yang berarti indeks pertanaman mencapai 1,6. Gerakan panen pada Agustus ini merupakan produksi padi masa tanam Mei 2017 yang mencapai lebih dari 10 ribu hektare. Kabupaten Pidie telah mengalami penanaman sebanyak 10 ribu hektare.
"Dengan produktivitas 7,6 ton Gabah Kering Panen (GKP), maka panen Agustus ini mencapai 76 ribu ton GKP. Diharapkan Bulog Divre Sigli segera turun melakukan pembelian gabah petani," kata Mukti.
Dia juga meminta agar Kabupaten Pidie di Musim Tanam Gadu ini dapat mencapai target tanam lebih dari yang telah dicapai saat ini 103 persen menjadi 120 persen. Mukti menyebut, masih ada waktu 1,5 bulan sampai akhir September 2017. "Beberapa kecamatan di Pidie masih ada cukup air dan dengan adanya banyak alat mesin pertanian di Pidie, peningkatan tanam musim gadu di Pidie sangat memungkinkan," ujarnya.
Untuk memaksimalkan potensi Pidie di masa yang akan datang, Mukti berharap Bupati Pidie yang baru dapat segera mendorong pembangunan jaringan primer Bendungan Tiro dan Bendungan Rajui yang ada di Kabupaten Pidie. "Bendungan Rajui telah rampung tinggal menyelesaikan pembangunan saluran primer dan sekunder ke persawahan petani berpotensi mengairi 3.000 hektare lahan sawah," kata dia.
Bupati Kabupaten Pidie, Roni Ahmad, dalam sambutannya menyampaikan, 80 persen masyarakat Kabupaten Pidie bekerja di sektor pertanian. Menurut dia, petani adalah pahlawan swasembada pangan. Untuk meningkatan produksi, maka perlu penggunaan teknologi pertanian modern.
Menyongsong musim tanam padi 2017-2018, Roni mengingatkan agar petani dan penyuluh pertanian menyiapkan dengan baik. ''Pemerintah Kabupaten Pidie akan berusaha semaksimal mungkin agar debit air yang mengairi sawah seluruh Pidie terjaga dengan baik dan cukup, termasuk ketersediaan pupuk," ujarnya.
Dia menginstruksikan seluruh dinas lingkup Kabupaten Pidie untuk mensukseskan musim tanam padi rendengan Oktober 2017 - Maret 2018. Sipil, TNI dan Polri diminta bekerja lebih keras untuk meminimalisir kendala petani. "Mari kita berjuang untuk menjaga Indonesia tetap terjaga swasembada pangan," kata dia.
Kepala Dinas Pertanian Pidie, Muzzakir, mengatakan untuk target tanam padi musim gadu 2017 seluas 18.382 hektare dan sampai 15 Agustus 2017 telah terealisir 19.038 hektare (103 persen). Kegiatan ini merupakan gerakan dimulainya panen musim gadu. "Dari ubinan yang telah dilakukan, produktivitas GKP mencapai 7,6 ton, di atas rata-rata produktivitas padi di Aceh," ujar Muzzaki.