REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Skytrain, yang merupakan kereta tanpa awak untuk transportasi antarterminal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, mulai diuji coba. Uji coba tersebut akan berlangsung selama satu bulan sejak Ahad (13/8).
Uji coba ini dilakukan pada jalur A yakni dari terminal 3 ke terminal 2 dan sebaliknya. Setelah masa uji coba selesai, pada pertengahan September Skytrain akan langsung dioperasikan untuk melayani perpindahan penumpang di kedua terminal tersebut.
Tahap I pengoperasian Skytrain baru melayani jalur A sepanjang 1.700 meter. Tahap selanjutnya adalah menghubungkan terminal 1, 2, 3, dan membangun integtasi yang juga terkoneksi dengan stasiun kereta bandara dengan total panjang lintasan dual track mencapai 3.050 meter atau sekitar 3 kilometer
Hari in, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi melakukan peninjauan uji coba Skytrain di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pemerintah berharap Skytrain dapat segera dioperasikan dengan tetap mengutamakan faktor keamanan dan keselamatan serta pelayananan. "Kehadiran Skytrain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini dapat menjadi percontohan bagi bandara lainnya agar semakin berkembang khususnya demi meningkatkan pelayanan," ujar Budi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (15/8).
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero), Muhammad Awaluddin mengatakan, uji coba Skytrain merupakan sinergi BUMN yang melibatkan tiga pihak yakni Wijaya Karya yang melakukan uji fungsi dan pengoperasian lintasan jalur A, PT LEN dan Woojin yang menguji fungsi dan pengoperasian kereta, dan AP II yang menguji prosedur operasi standar dan prisedur perawatan standar. "Kami berharap pada masa uji coba ini segala kemungkinan dapat dipelajari sehingga pada tahap pengoperasian dengan penumpang, pelayanan dapat tetap terjaga," kata Awaluddin.
Dia optimistis beroperasinya Skytrain akan meningkatkan standar pelayanan dan membuat daya saing Bandara Internasional Soekarno-Hatta meningkat. Hal ini membuat bandara tersebut dapat berkompetisi dengan bandara-bandara terbaik di dunia atau pun kawasan regional ASEAN. "Kami informasikan juga bahwa penggunaan Skytrain oleh penumpang pesawat atau pengunjung bandara sama sekali tidak dikenakan biaya tambahan," kata dia.
Proyek Skytrain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini sekaligus menjadi inisiator kereta tanpa awak di Indonesia. Sebelumnya, di Indonesia belum pernah ada kereta angkutan penumpang yang beroperasi tanpa awak. Total, nilai investasi untuk proyek Skytrain ini mencapai sekitar Rp 950 miliar yang digunakan untuk pengadaan trainset dan pembangunan infrastruktur di bandara.
Pengadaan trainset beserta teknologi di dalamnya disiapkan oleh PT LEN Industri dan Woojin asal Korsel, sementara itu pembangunan infrastruktur oleh KSO antara PT Wijaya Karya Tbk dan PT Indulexco. Direktur Operasi I PT Wijaya Karya Tbk, Candra Dwiputra, mengatakan pihaknya akan memastikan periode uji coba ini dimanfaatkan sebaik-baiknya guna memastikan operasional dengan penumpang nantinya tidak mengalami kendala yang berarti. "Wika fokus pada uji coba terkait dengan lintasan yang akan dilalui pada tahap I beroperasinya Skytrain, yakni dari terminal 2 ke 3. Kami berkomitmen mendukung kelancaran operasional Skytrain," ujarnya.
Direktur Operasi I PT LEN Industri, Linus AM Sijabat, menyebut uji coba dilakukan untuk menguji kehandalan trainset yang dibuat di Korea Selatan ini. "Kami yakin Skytrain ini dapat memenuhi ekspektasi masyarakat khususnya penumpang pesawat dalam berpindah ke terminal lain semisal untuk melakukan transit," ujarnya.
Nantinya apabila sudah beroperasi secara penuh dalam menghubungkan terminal 1, 2, 3, dan integrated building, Skytrain akan terdiri dari sedikitnya tiga trainset dengan headway antar-kereta sekitar 5 menit dan waktu tempuh seluruh rute sekitar 7 menit.