REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bank Sinarmas menargetkan kenaikan rasio penyaluran kredit di segmen UMKM. Tahun ini, rasio penyaluran kredit UMKM ditargetkan mencapai 15 persen dari total porfotolio kredit bank.
Group Head Ritel Banking Bank Sinarmas, Fatman Junus, mengatakan, penyaluran kredit baru hingga semester pertama 2017 mencapai Rp 1,3 triliun, yang tersebar di 189 unit bisnis. Bank Sinarmas menargetkan kredit sampai akhir tahun bisa tersalurkan sebesar Rp 1,8 triliun.
Dari target total kredit tersebut, rasio bisnis UMKM ditargetkan mencapai 15 persen pada Desember 2017 atau sekitar Rp 195 miliar. Sampai semester pertama ini, kredit UMKM sudah menyentuh 80 persen dari target.
"Bank Sinarmas targetnya terus mengembangkan bisnis UMKM yang memang dicanangkan pemerintah. Tiap tahun terus kita naikkan dari 2015, 2016, 2017 ini kita ditargetkan 15 persen dari rasio kredit UMKM dari total portofolio kredit Bank Sinarmas," ujarnya, baru-baru ini.
Fatman menjelaskan, kredit Bank Sinarmas kebanyakan disalurkan untuk segmen ekonomi produktif, seperti kebutuhan modal kerja, investasi, perdagangan, perdagangan UMKM yang ada di pasar, industri rumah tangga, dan sebagainya. "Intinya dia penggerak ekonomi produktif. Semua kami berikan ke ekonomi produktif. Kalau kredit konsumtif kita tidak berikan. Kami khusus untuk modal kerja dan investasi," ujarnya.
Bank Sinarmas mulai fokus pada pada penyaluran kredit UMKM sejak 2015. Keseriusan tersebut terlihat dari rasio bisnis UMKM yang setiap tahun mengalami peningkatan sekitar 5 persen. Pada 2016, rasio kredit UMKM ditargetkan mencapai 10 persen, tahun ini naik menjadi 15 persen. "Kami terus merangkul pebisnis-pebisnis lain kayak Komunitas Pejuang Online, terus Kios Tab, pengembang PD pasar, semua lini akan kita rangkul," ungkapnya.
Kepala Kantor Wilayah Jawa Timur Bank Sinarmas, Martini, menambahkan, di Jawa Timur, penyaluran kredit Bank Sinarmas sudah menyumbang sekitar hampir Rp 200 miliar sampai semester pertama 2017. Sampai akhir tahun ditargetkan bisa mencapai Rp 250 miliar hingga Rp 300 miliar. Artinya, saat ini sudah tercapai sekitar 70 persen dari target yang diberikan sampai dengan Desember 2017. "Kalau di Jatim itu kreditnya paling banyak di Surabaya hampir Rp 55 miliar. Sisanya tersebar di Kediri, Mojokerto, dan Gresik," kata Martini.
Sementara dilihat secara nasional, penyaluran kredit paling besar di wilayah Kanwil Jawa Tengah dan DIY jawa tengah yang mencapai Rp 341 miliar hingga semester pertama 2017. Hal itu dipengaruhi potensi bisnis UMKM di Jateng tersebar di delapan kota/kabupaten termasuk DIY. Sementara di Jatim Bank Sinarmas baru mengembangkan bisnis di empat kota/kabupaten dengan total 24 unit bisnis.
"Untuk sementara di Jatim belum ada penambahan unit bisnis. Kami lihat dulu rasio potensi UMKM pada Desember 2017 besok. Kalau memang harus kami tambah ya tambah untuk memperluas bisnis," kata Martini.
Micro Secured Loan Departement Head Bank Sinarmas, Zaheri M Nur Harun, menyatakan, Bank Sinarmas telah merekrut agen pembiayaan mikro untuk menjaring potensi bisnis. Saat ini, Bank Sinarmas memiliki 50 agen yang telah diberikan pembekalan untuk menjaring calon nasabah. Mulai 2016, semua nasabah pembiayaan di Bank Sinarmas telah menggunakan jasa agen. "Penyaluran kreditnya lebih besar pakai agen dibandingkan tanpa agen. Kalau kita lihat Rp 1,3 tiliun itu ada hampir Rp 700 miliar yang menggunakan agen," ucap Zaheri.
Menurut Zaheri, pola agen pembiayaan di Bank Sinarmas berbeda dengan bank-bank lain yang menerapkan konsep Laku Pandai. Di Bank Sinarmas, agen tidak memiliki ikatan dengan perusahaan. Agen akan mendapatkan upah jika berhasil merekomendasikan nasabah untuk mengajukan pembiayaan.
Plafon kredit UMKM di Bank Sinarmas mulai dari Rp 51 juta sampai dengan hampir Rp 2 miliar. Bunga untuk segmen mikro ditetapkan 0,9 persen per bulan flat. Sedangkan segmen kecil dan menengah yang mengajukan kredit antara Rp 500 juta sampai Rp 2 miliar bunganya ditetapkan sebesar 14-15 persen.
Dair sisi rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) di segmen UMKM di Bank Sinarmas kurang lebih 1,2 persen. "Makanya dengan pola agen kita lebih merangkul potensi bisnis dan pelaku bisnis UMKM sendiri yang mengajukan. Kalau agen misalnya merekomendasikan tetangganya sendiri kan tahu orang seperti apa," kata Zaheri.