REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Bayu Martanto memperkirakan musibah banjir dan kondisi cuaca ekstrem akan menyebabkan perkembangan ekonomi menurun.
"Berdasarkan analisis kita bahwa pasca banjir di Belitung Timur ini akan membuat perekonomian menjadi melambat karena banjir mempengaruhi stok pangan berkurang sehingga membuat harga lebih tinggi dan infrastruktur vital juga ikut rusak sehingga mengganggu aktivitas ekonomi baik produksi, distribusi, tata niaga dan komunikasi serta informasi," ujarnya di Pangkalpinang, Sabtu (22/7).
Ia menambahkan gagal panen bahan pangan akibat terendamnya sawah dan lahan pertanian di Kabupaten Belitung dan Belitung timur berisiko mengurangi pasokan pangan lokal.
Sementara itu, rusaknya jalan dan jembatan serta terhambatnya operasional pelabuhan dan bandara berisiko menghambat jalur distribusi dan ketersediaan bahan pangan.
"Terendamnya beberapa pasar tradisional dan gudang bahan pokok menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terganggu. Banjir juga menyebabkan terganggunya saluran komunikasi dan berisiko meningkatkan ekspektasi inflasi," tuturnya.
Ia mengatakan pascabanjir, BI berupaya melakukan penanganan mengenai kebutuhan pokok masyarakat.
Dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada, dibutuhkan dukungan semua pihak untuk membangun ekonomi lebih baik di jangka pendek maupun jangka panjang, katanya.
Dia mengatakan struktur perekonomian Kepulauan Babel triwulan 1 tahun 2017 di dominasi oleh 4 lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan 20,75 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan 19,66 persen, perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil, sepeda motor 15,29 persen serta pertambangan dan penggalian 11,80 persen.
"Empat lapangan usaha tersebut mampu menyumbang 67,50 persen dari total PDRB," ucapnya.
Sedangkan sumber utama (andil) pertumbuhan perekonomian Babel triwulan 1 tahun 2017 adalah lapangan usaha industri pengolahan yang memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,36 persen, diikuti perdagangan besar- eceran, raparasi, mobil-sepeda motor sebesar 1,06 persen, pertanian dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian menciptakan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,79 persen.